Tahun 2045, Indonesia akan merayakan 100 tahun kemerdekaannya. Tahun tersebut dikenal sebagai Indonesia Emas, sebuah visi besar yang diimpikan banyak orang, Indonesia menjadi negara maju, makmur, dan disegani di tingkat global. Namun, di balik mimpi itu ada banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Salah satunya adalah menyiapkan para peneliti yang mampu mendorong inovasi, memecahkan tantangan nasional, dan membawa Indonesia ke era keemasan.
Tetapi, bagaimana sebenarnya kondisi dunia penelitian di Indonesia saat ini? Apakah peneliti kita sudah cukup siap untuk menghadapi tantangan di masa depan? Mari kita bedah bersama.
Masalah Penelitian di Indonesia
Banyak orang setuju bahwa penelitian adalah fondasi dari kemajuan sebuah negara. Namun, di Indonesia, dunia penelitian sering kali hanya menjadi pembahasan di permukaan. Ada banyak masalah yang sudah lama diketahui tetapi belum juga terselesaikan, seperti:
Minimnya Anggaran Penelitian
Jika kamu ingin membangun rumah, tentu kamu membutuhkan bahan bangunan. Begitu juga dengan penelitian, dana adalah fondasi utama. Sayangnya, Indonesia mengalokasikan kurang dari 0,3% dari PDB untuk penelitian dan pengembangan (R&D). Angka ini sangat kecil jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura yang mengalokasikan 2% dari PDB atau Korea Selatan yang mencapai 4,5%.
Contohnya, pada tahun 2020, pemerintah hanya mengalokasikan Rp 10,9 triliun untuk R&D. Bandingkan ini dengan total belanja penelitian universitas di Harvard yang mencapai Rp 78 triliun dalam satu tahun. Bagaimana mungkin peneliti kita bisa bersaing secara global jika dana saja tidak memadai?Fasilitas Penelitian yang Tidak Merata
Sebagian besar fasilitas penelitian hanya terkonsentrasi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, atau Surabaya. Di daerah-daerah lain, para peneliti harus berjuang dengan laboratorium seadanya, bahkan terkadang menggunakan alat-alat yang sudah usang. Kondisi ini membuat penelitian di Indonesia tidak merata, padahal banyak potensi dari daerah yang belum tergarap dengan baik.-
Profesi Peneliti Kurang Dihargai
Berapa banyak orang di sekitar kamu yang bercita-cita menjadi peneliti? Kemungkinan besar tidak banyak. Profesi ini dianggap kurang menarik karena gaji yang rendah dan minimnya penghargaan. Sebuah studi pada tahun 2021 menunjukkan bahwa gaji peneliti pemula di lembaga pemerintah hanya sekitar Rp 3 juta hingga Rp 4 juta per bulan, jauh di bawah ekspektasi bagi mereka yang sudah menempuh pendidikan tinggi.Baca juga: Melirik Investasi Emas Antam Fenomena Brain Drain
Setiap tahun, ribuan ilmuwan Indonesia memilih untuk bekerja di luar negeri. Fenomena ini dikenal sebagai brain drain. Mereka merasa bahwa karir di luar negeri lebih menjanjikan, baik dari sisi fasilitas, penghargaan, maupun pendapatan. Sebagai contoh, dalam bidang teknologi, banyak ahli IT Indonesia yang memilih bekerja di Singapura atau Amerika Serikat karena peluang yang lebih besar.
Mengapa Peneliti adalah Kunci Indonesia Emas?
Coba bayangkan dunia tanpa listrik, internet, atau vaksin. Semua pencapaian besar itu berasal dari penelitian. Hal yang sama berlaku untuk Indonesia. Untuk mencapai visi Indonesia Emas, para peneliti memiliki peran penting, seperti:
Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi
Penelitian di bidang teknologi dan industri dapat mendorong terciptanya produk-produk lokal yang kompetitif di pasar internasional. Sebagai contoh, pengembangan energi terbarukan seperti tenaga surya bisa mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil, sekaligus menciptakan lapangan kerja baru.Meningkatkan Ketahanan Pangan
Peneliti di bidang agrikultur bisa menciptakan benih unggul yang tahan terhadap perubahan iklim. Dengan begitu, Indonesia bisa menjadi lumbung pangan dunia, bukan hanya sekadar konsumen.Mengatasi Tantangan Kesehatan
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia menghadapi berbagai masalah kesehatan seperti pandemi COVID-19, malaria, dan stunting. Peneliti di bidang bioteknologi dapat mengembangkan vaksin atau metode pengobatan baru yang lebih efektif.
Langkah Strategis Mempersiapkan Peneliti Masa Depan
Agar visi Indonesia Emas menjadi kenyataan, ada beberapa langkah strategis yang harus dilakukan. Berikut beberapa ide yang bisa dijadikan acuan:
Tingkatkan Anggaran Penelitian
Pemerintah perlu menjadikan penelitian sebagai prioritas nasional. Alokasi anggaran R&D setidaknya harus mencapai 1% dari PDB. Jika ini tercapai, para peneliti akan memiliki sumber daya yang cukup untuk melakukan penelitian mendalam dan inovatif.Bangun Ekosistem Penelitian yang Mendukung
Pembangunan pusat riset di daerah-daerah tertinggal harus menjadi fokus. Selain itu, kolaborasi antara universitas, lembaga penelitian, dan industri harus diperkuat. Misalnya, perusahaan seperti Gojek atau Bukalapak bisa mendanai penelitian teknologi di universitas.Berikan Insentif bagi Peneliti
Gaji dan insentif bagi peneliti harus ditingkatkan agar profesi ini menjadi lebih menarik bagi generasi muda. Selain itu, penghargaan berupa dana hibah, beasiswa, atau kesempatan mengikuti konferensi internasional dapat menjadi daya tarik tambahan.Cegah Brain Drain
Untuk mencegah ilmuwan kita bekerja di luar negeri, pemerintah perlu menciptakan lingkungan kerja yang kondusif. Misalnya, dengan menyediakan fasilitas riset berstandar internasional dan membuka lebih banyak peluang pendanaan.Dorong Kolaborasi Internasional
Kerjasama dengan negara-negara maju harus diperluas. Program pertukaran ilmuwan, seperti yang dilakukan oleh Jepang dan Jerman, bisa menjadi inspirasi bagi Indonesia. Dengan begitu, peneliti Indonesia dapat belajar teknologi terbaru sekaligus membangun jaringan global.
Kisah Sukses Penelitian Dapat Mengubah Indonesia
Sebagai inspirasi, mari kita lihat kisah Eijkman Institute for Molecular Biology. Lembaga ini berhasil mengembangkan vaksin merah putih selama pandemi COVID-19. Walaupun tantangannya besar, tim peneliti Indonesia membuktikan bahwa mereka mampu bersaing dengan peneliti internasional. Ini adalah bukti bahwa dengan dukungan yang tepat, penelitian di Indonesia bisa melahirkan inovasi yang bermanfaat untuk masyarakat luas.
Selain itu, ada juga kisah sukses peneliti muda Indonesia yang menciptakan teknologi drone untuk keperluan pertanian. Teknologi ini membantu petani memantau lahan secara efisien dan meningkatkan hasil panen. Produk mereka bahkan telah diekspor ke beberapa negara tetangga, menjadi contoh nyata bagaimana penelitian dapat mendorong ekonomi.
Mengapa Kamu Harus Peduli?
Mungkin kamu berpikir, "Apa hubungannya penelitian dengan hidupku?" Faktanya, penelitian memengaruhi hampir setiap aspek kehidupan kita. Mulai dari smartphone yang kamu gunakan, makanan yang kamu makan, hingga obat yang kamu konsumsi, semuanya adalah hasil dari penelitian.
Jika Indonesia tidak memiliki peneliti yang andal, kita akan terus bergantung pada negara lain. Bayangkan jika suatu hari teknologi atau obat-obatan dari luar negeri dihentikan. Kita akan kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, apalagi bersaing di pasar global.
Kesimpulan
Mempersiapkan peneliti untuk Indonesia Emas bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab kita semua. Kamu bisa mulai dari hal sederhana, seperti mendukung gerakan ilmiah, menyebarkan informasi tentang pentingnya penelitian, atau bahkan bercita-cita menjadi peneliti itu sendiri.
Tahun 2045 memang masih jauh, tetapi langkah-langkah untuk mencapainya harus dimulai dari sekarang. Dengan dukungan penuh dari berbagai pihak, tidak ada alasan bagi Indonesia untuk tidak menjadi negara yang maju, mandiri, dan inovatif. Ayo, bersama-sama kita wujudkan mimpi besar ini!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H