Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Jurang Ketimpangan Kaya dan Miskin Makin Melebar

10 Desember 2024   13:17 Diperbarui: 10 Desember 2024   13:17 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ketimpangan Sosial.(ChatGPT.com)

Di sudut metropolitan yang berkilauan, seorang anak laki-laki duduk di emperan toko, memandang lapar ke arah etalase berisi makanan mewah. Di sisi lain kota yang sama, sebuah keluarga sedang menikmati hidangan mahal di restoran bintang lima, tertawa tanpa menyadari realitas di luar jendela. Gambaran ini, meskipun menyakitkan, mencerminkan jurang lebar antara si kaya dan si miskin yang semakin mencolok di negeri ini.

Ketimpangan ekonomi bukan hanya tentang perbedaan angka di rekening bank, tetapi juga realitas hidup yang bertolak belakang. Ini adalah kisah tentang akses, kesempatan, dan bagaimana sistem sosial ekonomi telah memisahkan masyarakat menjadi dua dunia yang nyaris tidak bersinggungan.

Mengapa Jurang Ini Terus Melebar?

Indonesia, sebagai salah satu negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, memiliki cerita sukses dalam pertumbuhan ekonomi. Namun, di balik angka-angka yang menggembirakan, ada ketidakadilan struktural yang sulit disangkal. Menurut laporan Bank Dunia, tingkat ketimpangan di Indonesia, yang diukur melalui koefisien Gini, telah meningkat dari 30 pada awal tahun 2000-an menjadi sekitar 38 dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun ada sedikit perbaikan, angka ini tetap menunjukkan bahwa kekayaan masih terpusat di tangan segelintir orang.

Salah satu alasan utama adalah pertumbuhan ekonomi yang tidak merata. Pembangunan sering kali terkonsentrasi di wilayah perkotaan, meninggalkan daerah pedesaan dalam ketertinggalan. Jika kamu berjalan-jalan di desa-desa terpencil di Indonesia, kamu akan menemukan fakta yang menyayat hati: infrastruktur dasar seperti jalan, listrik, dan air bersih masih menjadi barang mewah bagi banyak orang. Sementara itu, di kota-kota besar, gedung pencakar langit dan kawasan elit terus bermunculan.

Ketimpangan dalam Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu pilar utama untuk mengangkat seseorang dari kemiskinan, tetapi di Indonesia, akses terhadap pendidikan berkualitas masih menjadi barang mahal. Sekolah-sekolah di daerah terpencil sering kali kekurangan fasilitas, tenaga pengajar yang memadai, bahkan buku pelajaran dasar.

Sebaliknya, anak-anak dari keluarga kaya memiliki akses ke sekolah internasional dengan kurikulum yang unggul, ruang kelas ber-AC, dan teknologi canggih. Ketimpangan ini tidak hanya menciptakan perbedaan dalam pengetahuan, tetapi juga dalam kepercayaan diri dan peluang masa depan.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat partisipasi sekolah anak dari kelompok miskin jauh lebih rendah dibandingkan kelompok kaya. Bahkan jika mereka berhasil menyelesaikan pendidikan dasar, mereka sering terhenti di tingkat menengah karena biaya yang semakin mahal. Ironisnya, di sisi lain spektrum, keluarga kaya mampu menyekolahkan anak-anak mereka ke universitas ternama di luar negeri, memperkuat siklus ketimpangan yang sulit dipatahkan.

Ketimpangan Akses Teknologi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun