Impor seharusnya menjadi opsi terakhir, bukan solusi utama. Pemerintah perlu membuat kebijakan yang memprioritaskan pemenuhan kebutuhan dari produksi dalam negeri. Jika impor dilakukan, harus dipastikan bahwa tidak merugikan petani lokal.
Kisah Petani yang Berjuang di Tengah Ketergantungan Impor
Di Martubung, Kota Medan, seorang petani bernama Bu Theo telah bertani selama 16 tahun. Namun, dia merasa semakin sulit bersaing dengan beras impor yang membanjiri pasar. "Hasil panen kami dihargai murah, sementara biaya pupuk dan tenaga kerja terus naik. Kalau begini terus, kami bisa gulung tikar," keluhnya.
Kisah Bu Theo  adalah potret nyata dari jutaan petani Indonesia yang terpinggirkan oleh kebijakan impor. Padahal, jika pemerintah serius memberdayakan mereka, Indonesia bisa menjadi negara yang mandiri dalam hal pangan.
Menuju Kedaulatan Pangan yang Sesungguhnya
Ketergantungan pada impor bahan pangan adalah cermin dari kelemahan sistem pangan nasional. Untuk mencapai kedaulatan pangan yang sesungguhnya, pemerintah harus berkomitmen pada penguatan sektor pertanian dalam negeri.
Dengan potensi yang dimiliki, Indonesia seharusnya mampu berdiri di atas kaki sendiri dalam memenuhi kebutuhan pangan. Namun, ini hanya akan terwujud jika ada sinergi antara kebijakan pemerintah yang pro-petani, teknologi yang mumpuni, dan masyarakat yang mendukung produk lokal. Mari kita wujudkan Indonesia yang mandiri dan berdaulat dalam pangan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H