Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Kenapa Putaran Kedua Pemilu Diperlukan?

3 Desember 2024   07:54 Diperbarui: 3 Desember 2024   07:56 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pilkada(KOMPAS/DIDIE SW)

3. Menyelesaikan Ketimpangan Suara di Wilayah dengan Keragaman Tinggi

Indonesia adalah negara dengan masyarakat yang sangat beragam, baik dari segi budaya, agama, maupun geografis. Kondisi ini sering kali menyebabkan suara pemilih terpecah di antara kandidat yang memiliki basis dukungan berbeda. Sistem putaran kedua membantu mengatasi ketimpangan ini dengan memastikan bahwa kandidat yang menang benar-benar mewakili seluruh rakyat, bukan hanya kelompok tertentu.

4. Menghindari Potensi Konflik Pasca-Pemilu

Pemilu yang menghasilkan pemenang dengan margin suara kecil sering kali memunculkan ketegangan di masyarakat. Pihak yang kalah bisa saja mempertanyakan legitimasi hasil pemilu, yang berpotensi memicu konflik sosial. Putaran kedua memberikan proses tambahan untuk memperjelas hasil akhir, sehingga hasilnya lebih diterima oleh semua pihak.

Tantangan Pelaksanaan Putaran Kedua Pemilu

Meski memiliki banyak manfaat, putaran kedua juga menghadirkan sejumlah tantangan yang tidak bisa diabaikan.

1. Biaya Tinggi untuk Penyelenggaraan

Melaksanakan putaran kedua membutuhkan anggaran tambahan yang cukup besar. Biaya ini mencakup logistik, pelatihan petugas, distribusi surat suara, hingga pengawasan TPS. Pada Pemilu Presiden 2014, Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengalokasikan dana besar untuk memastikan putaran kedua berjalan lancar. Dalam konteks daerah dengan infrastruktur terbatas, tantangan ini menjadi lebih signifikan.

2. Menurunnya Partisipasi Pemilih

Putaran kedua berisiko menurunkan tingkat partisipasi pemilih, terutama jika masyarakat merasa lelah atau tidak puas dengan proses putaran pertama. Misalnya, pada Pilkada DKI Jakarta 2017, meski partisipasi cukup tinggi, ada laporan bahwa sebagian pemilih merasa kurang antusias karena polarisasi yang terjadi di masyarakat.

3. Risiko Polarisasi dan Fragmentasi Sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun