Asuransi kesehatan sering dianggap solusi untuk mengatasi biaya medis yang tinggi. Namun, dalam praktiknya, perusahaan asuransi kerap memprioritaskan keuntungan daripada kebutuhan pasien. Klaim yang ditolak dengan alasan administratif, batasan pada jenis perawatan tertentu, hingga premi yang terus meningkat adalah beberapa masalah yang dihadapi oleh banyak orang.
Misalnya, seorang pasien kanker di Indonesia mungkin menghadapi situasi di mana obat terbaik untuk pengobatannya tidak masuk dalam cakupan BPJS Kesehatan. Akibatnya, mereka harus merogoh kocek pribadi yang jumlahnya bisa mencapai ratusan juta rupiah.
3. Fokus pada Penyakit yang Menguntungkan Secara Ekonomi
Industri farmasi global cenderung memprioritaskan penelitian pada penyakit yang memberikan keuntungan besar, terutama di negara maju. Diabetes, kanker, dan penyakit kardiovaskular, yang umum di negara-negara kaya, mendapatkan perhatian lebih dibandingkan penyakit tropis seperti malaria atau demam berdarah.
Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa hanya sekitar 10% dari total dana penelitian global yang digunakan untuk penyakit yang diderita 90% populasi dunia, terutama di negara berkembang. Akibatnya, jutaan orang di Afrika dan Asia meninggal setiap tahun akibat penyakit yang sebenarnya dapat dicegah atau diobati dengan pengembangan medis yang lebih baik.
Dampak Sosial dari Kapitalisme di Sektor Kesehatan
- Ketimpangan Akses
Salah satu dampak paling mencolok dari kapitalisme dalam kesehatan adalah ketimpangan akses. Di kota-kota besar, rumah sakit swasta berlomba-lomba menawarkan fasilitas kelas dunia dengan biaya selangit. Di sisi lain, masyarakat di pedesaan sering kali hanya memiliki akses ke puskesmas dengan fasilitas dan tenaga medis terbatas.
Misalnya, di daerah terpencil Indonesia, ibu hamil sering kali harus menempuh perjalanan berjam-jam untuk mencapai fasilitas kesehatan. Akibatnya, angka kematian ibu dan bayi tetap tinggi, terutama di wilayah-wilayah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi.
- Overdiagnosis dan Overtreatment
Ketika keuntungan menjadi prioritas, praktik-praktik seperti overdiagnosis (mendiagnosis penyakit yang sebenarnya tidak ada) dan overtreatment (memberikan perawatan yang sebenarnya tidak diperlukan) sering kali terjadi. Pasien yang tidak memiliki pemahaman medis yang memadai menjadi korban, membayar layanan yang sebenarnya tidak mereka butuhkan.
- Beban Ekonomi Masyarakat
Biaya kesehatan yang terus meningkat tidak hanya membebani individu, tetapi juga perekonomian negara secara keseluruhan. Menurut sebuah studi oleh World Bank, sekitar 100 juta orang di seluruh dunia jatuh ke dalam kemiskinan setiap tahun akibat biaya kesehatan yang tinggi.
Apakah Ada Jalan Keluar?