Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Kenapa Banyak yang Bertahan dengan Toxic Relationship?

30 November 2024   18:54 Diperbarui: 30 November 2024   18:54 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Toxic Relationship. Dibuat dengan ChatGPT.com

Ketakutan ini juga diperkuat oleh tekanan sosial. Dalam masyarakat yang memandang pernikahan atau hubungan sebagai tanda kesuksesan, kesendirian sering kali dianggap sebagai kegagalan.

2. Harapan akan Perubahan

Banyak orang bertahan karena percaya bahwa pasangan mereka dapat berubah. Mereka terjebak dalam pola berpikir, "Dia akan menjadi lebih baik suatu saat nanti." Harapan ini sering kali didasarkan pada momen-momen indah di masa lalu, seperti saat pasangan menunjukkan cinta dan perhatian.

Namun, perubahan dalam hubungan hanya bisa terjadi jika kedua pihak berkomitmen untuk memperbaiki diri. Tanpa itu, harapan ini justru menjadi jebakan emosional yang membuat kamu terus bertahan.

3. Ketergantungan Emosional dan Finansial

Ketergantungan emosional adalah faktor lain yang sering terjadi. Seseorang yang memiliki rasa percaya diri rendah atau pernah mengalami trauma masa kecil mungkin merasa bahwa mereka tidak bisa hidup tanpa pasangan mereka.

Di sisi lain, ketergantungan finansial juga menjadi kendala besar, terutama bagi mereka yang tidak memiliki sumber penghasilan. Dalam hubungan pernikahan, misalnya, seorang istri yang tidak bekerja mungkin merasa sulit untuk meninggalkan suaminya karena takut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.

4. Norma Sosial dan Budaya

Dalam banyak budaya, terutama di Asia, perpisahan atau perceraian masih dianggap tabu. Seseorang mungkin merasa bahwa meninggalkan pasangan akan membawa malu bagi keluarga mereka atau melanggar norma masyarakat.

"Orang tua saya selalu bilang, wanita harus setia, apa pun yang terjadi," kata Rina, seorang ibu rumah tangga. "Jadi saya terus bertahan, meskipun hati saya sudah hancur."

5. Trauma Bonding

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun