Ketakutan ini juga diperkuat oleh tekanan sosial. Dalam masyarakat yang memandang pernikahan atau hubungan sebagai tanda kesuksesan, kesendirian sering kali dianggap sebagai kegagalan.
2. Harapan akan Perubahan
Banyak orang bertahan karena percaya bahwa pasangan mereka dapat berubah. Mereka terjebak dalam pola berpikir, "Dia akan menjadi lebih baik suatu saat nanti." Harapan ini sering kali didasarkan pada momen-momen indah di masa lalu, seperti saat pasangan menunjukkan cinta dan perhatian.
Namun, perubahan dalam hubungan hanya bisa terjadi jika kedua pihak berkomitmen untuk memperbaiki diri. Tanpa itu, harapan ini justru menjadi jebakan emosional yang membuat kamu terus bertahan.
3. Ketergantungan Emosional dan Finansial
Ketergantungan emosional adalah faktor lain yang sering terjadi. Seseorang yang memiliki rasa percaya diri rendah atau pernah mengalami trauma masa kecil mungkin merasa bahwa mereka tidak bisa hidup tanpa pasangan mereka.
Di sisi lain, ketergantungan finansial juga menjadi kendala besar, terutama bagi mereka yang tidak memiliki sumber penghasilan. Dalam hubungan pernikahan, misalnya, seorang istri yang tidak bekerja mungkin merasa sulit untuk meninggalkan suaminya karena takut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.
4. Norma Sosial dan Budaya
Dalam banyak budaya, terutama di Asia, perpisahan atau perceraian masih dianggap tabu. Seseorang mungkin merasa bahwa meninggalkan pasangan akan membawa malu bagi keluarga mereka atau melanggar norma masyarakat.
"Orang tua saya selalu bilang, wanita harus setia, apa pun yang terjadi," kata Rina, seorang ibu rumah tangga. "Jadi saya terus bertahan, meskipun hati saya sudah hancur."
5. Trauma Bonding