Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tidak Semua Anak Memiliki Kesempatan yang Sama Mengenyam Pendidikan

22 November 2024   19:06 Diperbarui: 22 November 2024   19:21 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan adalah jembatan menuju masa depan yang lebih baik. Di atas kertas, setiap anak Indonesia memiliki hak yang sama untuk belajar, sesuai dengan yang tertuang dalam Pasal 31 UUD 1945. Namun, kenyataan yang kita saksikan sehari-hari berkata sebaliknya. Banyak anak di berbagai pelosok negeri masih kesulitan mendapatkan akses pendidikan yang layak. Bahkan, sebagian dari mereka tidak pernah merasakan suasana kelas atau memegang buku pelajaran.

Realitas yang Memprihatinkan

Coba bayangkan seorang anak bernama Lusi, yang tinggal di sebuah desa terpencil di Nusa Tenggara Timur. Setiap pagi, dia harus berjalan kaki sejauh 10 kilometer melewati bukit dan sungai untuk sampai ke sekolah. Ketika sampai, Lusi harus belajar di ruang kelas tanpa jendela, dengan atap bocor, dan meja seadanya. Bahkan, gurunya sering tidak hadir karena akses menuju desa itu sulit ditempuh.

Bandingkan dengan Tio, seorang anak di Medan. Dia tinggal di kawasan perkotaan dengan fasilitas lengkap. Sekolah Tio memiliki laboratorium, perpustakaan, hingga koneksi internet cepat. Tio tak perlu memikirkan bagaimana cara pergi ke sekolah, apalagi soal kelengkapan buku atau seragam. Ketimpangan seperti ini adalah gambaran nyata dari masalah pendidikan di Indonesia.

Faktor Penyebab Ketimpangan Pendidikan

Masalah ketimpangan pendidikan di Indonesia tidak berdiri sendiri. Ada banyak faktor yang saling berkaitan, di antaranya:

  1. Keterbatasan Infrastruktur
    Menurut data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), sekitar 40% sekolah di Indonesia membutuhkan perbaikan. Di daerah terpencil, akses ke sekolah sering kali sulit karena minimnya jalan raya atau sarana transportasi. Banyak sekolah yang tidak memiliki fasilitas dasar, seperti toilet atau listrik, sehingga proses belajar menjadi tidak optimal.

  2. Kurangnya Tenaga Pendidik
    Kekurangan guru, terutama di daerah pelosok, menjadi masalah yang serius. Tidak sedikit guru yang menolak ditempatkan di daerah terpencil karena fasilitasnya kurang memadai. Akibatnya, anak-anak di sana harus belajar dengan guru honorer yang kurang terlatih atau bahkan belajar secara otodidak.

  3. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun