Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kenaikan Tarif PPN 12% Mimpi Buruk bagi Ekonomi Menengah

20 November 2024   11:28 Diperbarui: 20 November 2024   11:34 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Rupiah.Pixabay.com/EmAji

Kesenjangan Ekonomi yang Semakin Lebar

Kebijakan ini juga membuka jurang kesenjangan ekonomi yang semakin dalam. Kelompok atas mungkin tidak terlalu merasakan dampak kenaikan tarif PPN karena pengeluaran mereka jauh lebih fleksibel. Namun, bagi kelas menengah dan kelompok rentan, ini adalah pukulan telak.

Misalnya, seorang karyawan dengan gaji Rp6 juta per bulan mungkin sudah menghabiskan sebagian besar pendapatannya untuk biaya hidup. Jika pengeluaran bulanannya naik karena kenaikan tarif PPN, dia mungkin harus mengurangi pengeluaran untuk hal lain, seperti pendidikan anak atau tabungan masa depan. Situasi ini menciptakan tekanan mental dan ekonomi yang berkepanjangan.

Benarkah Kenaikan PPN Solusi Ideal?

Pemerintah tentu punya alasan kuat untuk menaikkan tarif PPN. Salah satunya adalah meningkatkan penerimaan negara, yang pada 2023 tercatat mencapai Rp2.463 triliun, menurut data Kementerian Keuangan. Namun, bukankah ada cara lain yang lebih adil?

Salah satu solusi yang bisa dipertimbangkan adalah memperluas basis pajak. Saat ini, banyak sektor ekonomi informal yang belum sepenuhnya tersentuh oleh sistem perpajakan. Dengan mengoptimalkan penerimaan dari sektor ini, pemerintah bisa mendapatkan tambahan pendapatan tanpa membebani masyarakat kelas menengah. Selain itu, penegakan hukum terhadap penghindaran pajak oleh perusahaan besar juga bisa menjadi sumber penerimaan yang signifikan.

Konsumen dan Pola Belanja yang Berubah

Kenaikan tarif PPN tidak hanya memengaruhi angka di laporan keuangan negara, tetapi juga perilaku konsumen. Kamu mungkin pernah mendengar istilah "trade down", yaitu ketika konsumen beralih ke produk yang lebih murah untuk menghemat pengeluaran.

Fenomena ini bisa berbahaya. Ketika masyarakat lebih memilih produk murah dengan kualitas rendah, standar hidup mereka ikut menurun. Dalam jangka panjang, ini bisa memengaruhi produktivitas dan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Apa yang Harus Dilakukan?

Jika kamu merasa kenaikan tarif PPN ini tidak adil, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama, suarakan pendapatmu melalui forum-forum diskusi publik atau media sosial. Pemerintah perlu mendengar suara rakyat sebelum mengambil keputusan besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun