Edukasi Pajak yang Transparan
Masyarakat perlu mendapatkan informasi yang jelas tentang bagaimana uang pajak digunakan. Dengan transparansi, kepercayaan masyarakat terhadap kebijakan ini bisa meningkat.
Peningkatan Pendapatan Melalui Reformasi Pajak
Pemerintah bisa memperluas basis pajak dengan mengoptimalkan pajak penghasilan pada golongan atas yang selama ini cenderung lolos dari kewajiban pajak. Dengan cara ini, beban tidak hanya ditanggung oleh kelas menengah.
Dampak pada Kehidupan Sehari-Hari
Sebut saja Pak Budi, seorang pekerja kantoran dengan penghasilan tetap, adalah potret nyata masyarakat kelas menengah yang merasakan dampak kenaikan PPN. Pengeluaran bulanannya sudah ketat, tapi kini ia harus memutar otak lebih keras. "Biasanya, saya bisa menyisihkan uang untuk menabung atau liburan kecil dengan keluarga. Sekarang, uang itu habis untuk kebutuhan sehari-hari," ujarnya.
Pak Budi juga harus memangkas biaya pendidikan anaknya. Les tambahan yang sebelumnya ia anggap penting kini ditiadakan. Situasi ini tidak hanya memengaruhi kualitas hidup keluarganya, tetapi juga masa depan anak-anaknya.
Kesimpulan
Kenaikan tarif PPN dari 11% menjadi 12% adalah kebijakan yang memiliki tujuan mulia, yaitu meningkatkan pendapatan negara. Namun, dampaknya pada kelas menengah dan UMKM tidak bisa dianggap enteng. Golongan yang selama ini menjadi penopang ekonomi justru tertekan oleh kebijakan ini.
Pemerintah perlu mencari jalan tengah untuk meringankan beban masyarakat tanpa mengorbankan tujuan fiskal. Dengan solusi yang tepat, beban kenaikan tarif PPN bisa diminimalkan, sehingga masyarakat tetap mampu berkontribusi pada pembangunan ekonomi tanpa merasa tercekik.
Jadi, bagaimana pendapatmu tentang kenaikan tarif PPN ini? Apakah kamu merasakan dampaknya secara langsung? Mari berbagi pandanganmu di kolom komentar!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H