Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

PPN Naik 12% per Januari 2025, Siapa yang Paling Terdampak?

18 November 2024   08:13 Diperbarui: 18 November 2024   11:28 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Analisis Pajak.Pixabay.com/stevepb 

Mulai Januari 2025, pemerintah menetapkan kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12%. Kebijakan ini sudah direncanakan sejak lama melalui Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP). Tujuannya jelas, yaitu meningkatkan penerimaan negara untuk mendukung pembangunan dan mengurangi defisit anggaran. Namun, yang jadi pertanyaan adalah, siapa saja yang paling merasakan dampaknya? Dan bagaimana cara kita menyiasati perubahan ini?

Mari kita bahas lebih dalam agar kamu bisa memahami isu ini secara lebih komprehensif.

Kenapa PPN Dinaikkan?

Bagi sebagian orang, kenaikan PPN mungkin terasa seperti beban tambahan. Tapi, sebenarnya, keputusan ini tidak diambil secara tiba-tiba. Ada alasan logis di balik kebijakan ini. Pertama, dibandingkan negara-negara tetangga seperti Thailand (7%) atau Filipina (12%), tarif PPN di Indonesia masih dianggap moderat. Kenaikan ini diharapkan mampu meningkatkan daya saing dan menjaga stabilitas ekonomi dalam jangka panjang.

Kedua, pandemi COVID-19 membuat anggaran negara tertekan akibat tingginya kebutuhan untuk subsidi dan bantuan sosial. Dengan naiknya PPN, pemerintah berharap bisa menutup defisit anggaran tanpa terlalu banyak bergantung pada utang luar negeri.

Namun, kenyataannya, dampak kenaikan PPN tidak dirasakan sama rata oleh semua orang. Ada kelompok masyarakat tertentu yang harus memikul beban lebih besar.

Siapa yang Paling Merasakan Dampak Kenaikan PPN?

  1. Masyarakat Berpenghasilan Rendah

    Kamu mungkin sudah tahu bahwa kebutuhan pokok seperti beras, daging, dan sayuran tidak dikenakan PPN. Tapi, kenaikan PPN tetap memengaruhi harga barang-barang lain yang menjadi kebutuhan sehari-hari, seperti pakaian, alat elektronik, dan jasa tertentu. Bagi masyarakat berpenghasilan rendah, kenaikan harga ini bisa mengurangi daya beli mereka.

Bayangkan seorang ibu rumah tangga yang harus mengatur anggaran keluarga. Dengan naiknya PPN, harga deterjen, sabun mandi, atau kebutuhan lainnya ikut terkerek. Ini membuat pengeluaran semakin besar, sementara pendapatan tetap.

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Financial Selengkapnya
    Lihat Financial Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun