Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Perlukah Mentraktir Teman Saat Resign dari Kantor?

12 November 2024   17:53 Diperbarui: 12 November 2024   17:59 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Mentraktir.Pixabay.com/StockSnap 

Saat waktu resign tiba, banyak orang mulai diliputi berbagai perasaan. Ada rasa lega karena bisa memulai babak baru, namun juga ada kesedihan karena akan berpisah dengan rekan kerja. Di tengah emosi yang campur aduk ini, muncul pula sebuah pertanyaan yang sering dianggap sepele namun sebenarnya cukup pelik: "Haruskah aku mentraktir teman-teman di kantor?"

Di Indonesia, mentraktir rekan kerja saat hari terakhir bekerja sudah menjadi semacam tradisi tidak tertulis di banyak tempat. Mungkin kamu pernah mengalami atau melihat sendiri, rekan yang resign biasanya mengajak makan bersama atau membawa kudapan sebagai tanda perpisahan. Namun, apakah ini benar-benar perlu dilakukan? Atau sebenarnya ini hanyalah kebiasaan yang bisa saja diabaikan? Mari kita bahas lebih mendalam mengenai alasan di balik tradisi ini, alternatif yang bisa dilakukan, serta hal-hal yang perlu kamu pertimbangkan sebelum memutuskan.

Mengapa Mentraktir Saat Resign Menjadi Semacam Tradisi?

Tradisi ini berakar dari budaya apresiasi dan penghormatan yang cukup kental di masyarakat kita. Dalam lingkungan kerja, banyak orang menganggap rekan kerja sebagai keluarga kedua. Kamu mungkin menghabiskan lebih banyak waktu dengan mereka dibanding keluarga di rumah. Karena itu, ketika seseorang memutuskan untuk meninggalkan kantor, momen ini sering dianggap sebagai waktu yang tepat untuk merayakan kebersamaan serta memberikan apresiasi.

Di beberapa kantor, traktiran resign bahkan menjadi semacam peraturan tidak tertulis. Tidak ada kewajiban resmi, tapi siapa pun yang resign hampir selalu melakukannya. Alasannya, traktiran ini bisa dianggap sebagai ungkapan terima kasih atas kerja sama dan dukungan selama bekerja bersama. Selain itu, bagi beberapa orang, mengadakan traktiran perpisahan juga dianggap sebagai penutup yang manis dan menjadi kenangan yang baik.

Namun, apakah semua orang merasa nyaman dengan tradisi ini? Tidak selalu. Bagi sebagian orang, traktiran resign bisa terasa membebani, baik secara finansial maupun emosional.

Tidak Semua Orang Merasa Perlu Mentraktir

Kamu mungkin berpikir bahwa mentraktir saat resign adalah bentuk penghormatan terakhir untuk rekan kerja, namun pada kenyataannya, tidak semua orang merasakan hal yang sama. Ada beberapa alasan mengapa orang merasa tidak perlu atau enggan mentraktir. 

Pertama, traktiran bisa menjadi beban finansial, terutama jika kamu resign bukan karena berpindah ke pekerjaan yang lebih baik, melainkan karena kondisi yang sulit, seperti PHK atau alasan personal lainnya. Situasi ini tentu membuat kamu merasa perlu lebih berhemat.

Selain itu, kondisi keuangan setiap orang berbeda. Bagi sebagian orang, mengeluarkan uang ekstra untuk traktiran mungkin tidak menjadi masalah. Tapi bagi orang lain, ini bisa menjadi beban yang tidak perlu. Terkadang, rasa terpaksa mentraktir bisa membuat momen perpisahan jadi kurang menyenangkan, terutama jika kamu merasa harus mengeluarkan uang hanya untuk memenuhi ekspektasi sosial.

Alternatif Pengganti Traktiran Saat Resign

Jika kamu merasa tidak nyaman mentraktir, jangan khawatir, karena ada banyak cara lain untuk mengucapkan selamat tinggal dengan kesan yang baik tanpa harus mengeluarkan banyak uang. Berikut beberapa alternatif yang bisa kamu pertimbangkan:

  1. Ucapan Terima Kasih Personal
    Ucapan terima kasih adalah salah satu cara yang paling sederhana namun bermakna. Kamu bisa mengirimkan email perpisahan atau menuliskan pesan pribadi kepada masing-masing rekan kerja yang kamu anggap penting. Jangan lupa, tuliskan secara personal dan ungkapkan bagaimana mereka berperan dalam perjalanan kariermu. Ini bukan hanya meninggalkan kesan yang baik, tapi juga lebih tulus.

  2. Bawa Camilan Ringan atau Kue
    Jika traktiran besar terasa berlebihan, membawa camilan atau kue kecil mungkin bisa menjadi pilihan yang tepat. Kamu bisa membeli atau bahkan membuat sendiri makanan ringan untuk dibagikan. Ini lebih ekonomis dan tetap menunjukkan apresiasi tanpa terlalu menguras kantong.

  3. Buat Kenangan Melalui Foto atau Video
    Foto atau video perpisahan bisa menjadi kenangan yang abadi. Kamu bisa mengajak rekan kerja untuk berfoto bersama atau membuat video pendek sebagai bentuk ucapan selamat tinggal. Ini tidak hanya akan menyenangkan, tetapi juga menjadi kenangan yang bisa dikenang bersama di masa depan.

  4. Tuliskan Catatan untuk Penggantimu
    Jika posisimu akan digantikan oleh orang baru, meninggalkan catatan panduan bisa menjadi tanda apresiasi dan tanggung jawab. Ini menunjukkan bahwa kamu peduli dengan kelanjutan pekerjaan dan ingin meninggalkan kesan baik di mata atasan serta rekan kerja.

Kapan Traktiran Resign Menjadi Pilihan yang Tepat?

Mentraktir mungkin bisa menjadi pilihan yang tepat jika kamu memang ingin merayakan keberhasilan di tempat kerja dan memiliki hubungan yang erat dengan rekan-rekanmu. Jika kamu merasa lingkungan kerjamu sudah seperti keluarga, traktiran bisa menjadi momen kebersamaan terakhir. Namun, kamu juga perlu mempertimbangkan keadaan finansial dan kenyamanan diri sebelum memutuskan.

Bagi sebagian orang, traktiran resign dapat memberikan rasa lega karena meninggalkan kantor dengan cara yang “benar.” Rasa syukur atas pengalaman kerja yang didapat selama ini bisa menjadi alasan kuat untuk merayakan momen tersebut bersama teman-teman kantor. Namun, pastikan bahwa kamu tidak merasa terpaksa untuk melakukannya. Keputusan ini sebaiknya diambil dengan penuh kesadaran dan tanpa tekanan.

Meninggalkan Kesan Positif dengan Atau Tanpa Traktiran

Banyak orang percaya bahwa traktiran resign dapat meninggalkan kesan positif yang mendalam. Hal ini bisa benar, namun bukan berarti kesan positif hanya bisa ditinggalkan melalui traktiran. Sikap baik selama bekerja, komunikasi yang profesional, dan pesan perpisahan yang tulus juga bisa memberikan kesan mendalam bagi rekan kerja.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Workplace Psychology mengungkapkan bahwa perpisahan yang penuh apresiasi dapat membantu seseorang merasa dihargai dan diterima, yang pada akhirnya berdampak pada kondisi mental positif. Artinya, dengan atau tanpa traktiran, yang paling penting adalah menunjukkan sikap yang menghargai rekan kerja di hari-hari terakhir.

Kesimpulan

Pada akhirnya, keputusan untuk mentraktir atau tidak adalah pilihan pribadi. Tidak ada aturan yang mengharuskan kamu untuk melakukannya. Jika kamu merasa ingin mentraktir dan situasi finansial memungkinkan, maka lakukanlah. Namun, jika tidak, jangan merasa bersalah atau terpaksa. Kamu bisa memilih alternatif lain yang lebih sesuai dengan keadaan.

Yang terpenting, pastikan bahwa kamu meninggalkan kantor dengan kenangan baik dan hubungan yang tetap positif dengan rekan kerja. Penghargaan tidak hanya bisa diukur melalui traktiran, tapi juga dari bagaimana kamu menunjukkan rasa hormat dan apresiasi kepada rekan kerja selama ini.

Jadi, apakah kamu perlu mentraktir teman saat resign dari kantor? Jawabannya kembali kepada diri sendiri. Yang terpenting adalah keputusan ini membuatmu nyaman dan bisa meninggalkan kantor dengan cara yang sesuai dengan nilai-nilai yang kamu yakini. 

Bagaimana pun, momen perpisahan adalah tentang kenangan baik dan apresiasi, yang bisa disampaikan dengan berbagai cara, baik dengan traktiran, ucapan tulus, atau cara lain yang lebih personal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun