Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kita Butuh Lebih dari Kartu Prakerja untuk Meningkatkan SDM yang Berkualitas

12 November 2024   09:26 Diperbarui: 12 November 2024   09:29 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia adalah negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, memiliki potensi SDM yang sangat besar. Namun, potensi saja tidak cukup untuk bersaing dalam ekonomi global yang semakin kompetitif. SDM yang unggul bukan hanya soal jumlah, tetapi kualitas. Di tengah usaha pemerintah mencetak SDM yang berkualitas, program Kartu Prakerja hadir sebagai salah satu solusi. Lewat program ini, pemerintah berupaya meningkatkan keterampilan kerja melalui pelatihan yang diberikan secara daring dan dilengkapi insentif. Tapi, cukupkah Kartu Prakerja dalam meningkatkan kualitas SDM Indonesia yang dibutuhkan?

Mengapa Program Kartu Prakerja Dibutuhkan?

Program Kartu Prakerja dirancang untuk mereka yang menganggur atau terdampak pandemi, serta mereka yang ingin menambah keterampilan baru. Program ini memberikan akses ke berbagai pelatihan, dari skill digital hingga keterampilan praktis seperti menjahit atau berdagang online. Lewat sertifikat pelatihan yang diperoleh, peserta diharapkan bisa lebih kompetitif di pasar kerja. Tidak bisa dipungkiri, program ini membantu banyak orang, khususnya bagi mereka yang sebelumnya tidak memiliki akses atau biaya untuk meningkatkan keterampilan.

Namun, jika kita melihat tantangan SDM di era modern, permintaan keterampilan lebih dari sekadar pelatihan singkat. Dunia kerja saat ini mengutamakan keahlian yang lebih spesifik dan pengalaman yang lebih dalam. Teknologi digital dan inovasi berkembang pesat, dan para pekerja diharuskan untuk cepat beradaptasi, berpikir kritis, dan memiliki kemampuan problem-solving yang kuat. Di sinilah tantangan utama program Kartu Prakerja: apakah pelatihan singkat benar-benar cukup untuk menyiapkan SDM yang siap menghadapi tantangan zaman?

Keterbatasan Kartu Prakerja dalam Menyiapkan SDM yang Kompeten

Kita bisa melihat Kartu Prakerja sebagai upaya dasar untuk mengembangkan SDM. Namun, masih banyak batasan yang harus diatasi agar pelatihan ini dapat benar-benar mencetak pekerja yang kompeten. Pertama, pelatihan yang ditawarkan cenderung bersifat umum dan kurang mendalam. Kebanyakan pelatihan hanya berlangsung selama beberapa jam hingga hari, sehingga keterampilan yang diperoleh bersifat mendasar. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan saat ini mencari tenaga kerja dengan keahlian khusus yang diperoleh lewat proses pembelajaran dan pengalaman panjang, bukan dari kursus kilat.

Ambil contoh, keterampilan di bidang teknologi informasi seperti coding, data analysis, dan cybersecurity. Keahlian-keahlian ini membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dikuasai. Pekerja di bidang teknologi harus terbiasa dengan berbagai proyek nyata, memecahkan masalah kompleks, dan mengikuti perkembangan teknologi yang terus berubah. Sementara itu, Kartu Prakerja hanya memberikan pelatihan dasar dan tidak cukup intensif bagi peserta yang ingin benar-benar mendalami bidang ini.

Kedua, Kartu Prakerja belum menjawab kebutuhan akan pengalaman kerja langsung. Kebanyakan perusahaan tidak hanya membutuhkan teori atau keterampilan dasar, tetapi juga kemampuan dalam memecahkan masalah nyata. Contohnya, seorang lulusan kursus manajemen tidak akan langsung mampu memimpin tim jika belum pernah mengalami situasi kerja yang sesungguhnya. Dalam konteks ini, magang atau praktik kerja di dunia nyata bisa memberikan kesempatan bagi seseorang untuk membangun keterampilan yang lebih holistik. Tanpa adanya pengalaman lapangan, banyak lulusan pelatihan cenderung kurang percaya diri dan tidak cukup siap menghadapi tantangan di dunia kerja yang sesungguhnya.

Pentingnya Pendidikan Berkelanjutan dan Kolaborasi dengan Dunia Industri

Selain keterbatasan dalam pengalaman praktis, Kartu Prakerja juga belum memberikan akses kepada pendidikan berkelanjutan yang sangat dibutuhkan dalam dunia kerja modern. Kita membutuhkan lebih banyak program vocational training yang fokus pada pelatihan mendalam dan pembaruan keterampilan (reskilling) seiring perubahan zaman. Dalam hal ini, kolaborasi antara pemerintah, institusi pendidikan, dan perusahaan sangatlah penting.

Bayangkan jika perusahaan-perusahaan besar atau startup bisa berkolaborasi dengan lembaga pelatihan dan membuka program belajar sambil bekerja (work-based learning) untuk lulusan Kartu Prakerja. Dengan program ini, peserta bisa menerapkan keterampilan yang mereka pelajari sambil mendapatkan pengalaman berharga. Pemerintah juga bisa memberikan insentif kepada perusahaan yang menyediakan pelatihan berkelanjutan atau magang, sehingga SDM Indonesia benar-benar siap menghadapi dunia kerja secara utuh.

Di negara-negara maju seperti Jerman, misalnya, program pendidikan vokasi menjadi andalan untuk mencetak pekerja terampil. Pendidikan vokasi ini didukung oleh perusahaan yang memberikan kesempatan magang dan pelatihan kerja langsung. Para peserta tidak hanya mempelajari teori, tetapi juga praktik langsung di lingkungan kerja yang sesungguhnya. Hasilnya, mereka memiliki pengalaman dan keterampilan yang jauh lebih siap dibandingkan pelatihan singkat.

Perlu Akses Keterampilan Digital untuk Bersaing di Pasar Global

Di era digital ini, keterampilan dalam bidang teknologi adalah keahlian yang sangat berharga. Sayangnya, Kartu Prakerja belum secara spesifik memberikan perhatian pada keterampilan digital lanjutan seperti programming, artificial intelligence (AI), machine learning, atau digital marketing. Keterampilan-keterampilan ini tidak bisa diperoleh dalam waktu singkat dan membutuhkan pendekatan yang lebih mendalam.

Jika pemerintah ingin serius dalam membangun SDM yang berkualitas, maka peningkatan akses ke keterampilan digital yang relevan perlu menjadi prioritas. Program pelatihan harus mencakup materi seperti coding, manajemen data, atau bahkan dasar-dasar AI dan machine learning, karena ini adalah keterampilan yang sangat dibutuhkan di dunia kerja saat ini. Misalnya, program pelatihan digital yang lebih mendalam bisa dijalankan dalam kurun waktu beberapa bulan hingga setahun, dengan kurikulum yang dirancang oleh para ahli industri. Dengan cara ini, SDM kita tidak hanya memiliki pengetahuan dasar, tetapi juga keterampilan mendalam yang relevan dengan kebutuhan industri.

Lifelong Learning Kunci untuk Menciptakan SDM yang Adaptif

Selain itu, budaya pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning) juga penting untuk diterapkan. Di dunia yang terus berkembang, keterampilan yang relevan hari ini bisa saja menjadi usang besok. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengembangkan kesadaran bahwa belajar adalah proses tanpa henti. Pendidikan formal, vocational training, dan Kartu Prakerja hanyalah langkah awal. SDM yang berkualitas membutuhkan dorongan untuk terus memperbarui diri, menghadiri pelatihan tambahan, atau bahkan mengambil studi lanjut sesuai dengan perkembangan karier.

Untuk itu, perlu adanya dukungan dari perusahaan tempat mereka bekerja agar memberikan waktu dan kesempatan untuk mengikuti pelatihan lanjutan. Banyak perusahaan di luar negeri yang sudah menerapkan hal ini, menyediakan program pelatihan bagi karyawan agar mereka terus meningkatkan keterampilan mereka. Di Indonesia, budaya seperti ini masih jarang diterapkan. Banyak karyawan tidak memiliki akses ke pelatihan lanjutan, sehingga pengetahuan dan keterampilannya bisa saja tertinggal.

Kesimpulan

Kartu Prakerja adalah langkah awal yang positif dalam meningkatkan keterampilan dasar tenaga kerja Indonesia. Program ini berhasil memberikan pelatihan dasar bagi mereka yang membutuhkan, khususnya di masa pandemi. Namun, jika kita ingin mencetak SDM yang benar-benar unggul dan mampu bersaing di kancah global, kita butuh lebih dari sekadar program ini.

Dukungan yang lebih besar terhadap pendidikan vokasi, kolaborasi dengan industri, dan pembelajaran sepanjang hayat harus menjadi perhatian. Pemerintah, perusahaan, dan institusi pendidikan perlu bekerja sama untuk menciptakan ekosistem pembelajaran yang komprehensif, berkelanjutan, dan relevan. Dengan langkah-langkah ini, kita bisa berharap bahwa Indonesia tidak hanya menjadi negara dengan populasi besar, tetapi juga negara dengan SDM yang berkualitas tinggi, siap bersaing, dan membawa kemajuan bagi bangsa.

Jadi, apakah kita cukup dengan Kartu Prakerja? Tentu saja tidak. Kita membutuhkan komitmen lebih besar, dukungan yang lebih luas, dan visi jangka panjang untuk mewujudkan SDM Indonesia yang sesungguhnya siap menghadapi masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun