Bayangkan jika perusahaan-perusahaan besar atau startup bisa berkolaborasi dengan lembaga pelatihan dan membuka program belajar sambil bekerja (work-based learning) untuk lulusan Kartu Prakerja. Dengan program ini, peserta bisa menerapkan keterampilan yang mereka pelajari sambil mendapatkan pengalaman berharga. Pemerintah juga bisa memberikan insentif kepada perusahaan yang menyediakan pelatihan berkelanjutan atau magang, sehingga SDM Indonesia benar-benar siap menghadapi dunia kerja secara utuh.
Di negara-negara maju seperti Jerman, misalnya, program pendidikan vokasi menjadi andalan untuk mencetak pekerja terampil. Pendidikan vokasi ini didukung oleh perusahaan yang memberikan kesempatan magang dan pelatihan kerja langsung. Para peserta tidak hanya mempelajari teori, tetapi juga praktik langsung di lingkungan kerja yang sesungguhnya. Hasilnya, mereka memiliki pengalaman dan keterampilan yang jauh lebih siap dibandingkan pelatihan singkat.
Perlu Akses Keterampilan Digital untuk Bersaing di Pasar Global
Di era digital ini, keterampilan dalam bidang teknologi adalah keahlian yang sangat berharga. Sayangnya, Kartu Prakerja belum secara spesifik memberikan perhatian pada keterampilan digital lanjutan seperti programming, artificial intelligence (AI), machine learning, atau digital marketing. Keterampilan-keterampilan ini tidak bisa diperoleh dalam waktu singkat dan membutuhkan pendekatan yang lebih mendalam.
Jika pemerintah ingin serius dalam membangun SDM yang berkualitas, maka peningkatan akses ke keterampilan digital yang relevan perlu menjadi prioritas. Program pelatihan harus mencakup materi seperti coding, manajemen data, atau bahkan dasar-dasar AI dan machine learning, karena ini adalah keterampilan yang sangat dibutuhkan di dunia kerja saat ini. Misalnya, program pelatihan digital yang lebih mendalam bisa dijalankan dalam kurun waktu beberapa bulan hingga setahun, dengan kurikulum yang dirancang oleh para ahli industri. Dengan cara ini, SDM kita tidak hanya memiliki pengetahuan dasar, tetapi juga keterampilan mendalam yang relevan dengan kebutuhan industri.
Lifelong Learning Kunci untuk Menciptakan SDM yang Adaptif
Selain itu, budaya pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning) juga penting untuk diterapkan. Di dunia yang terus berkembang, keterampilan yang relevan hari ini bisa saja menjadi usang besok. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengembangkan kesadaran bahwa belajar adalah proses tanpa henti. Pendidikan formal, vocational training, dan Kartu Prakerja hanyalah langkah awal. SDM yang berkualitas membutuhkan dorongan untuk terus memperbarui diri, menghadiri pelatihan tambahan, atau bahkan mengambil studi lanjut sesuai dengan perkembangan karier.
Untuk itu, perlu adanya dukungan dari perusahaan tempat mereka bekerja agar memberikan waktu dan kesempatan untuk mengikuti pelatihan lanjutan. Banyak perusahaan di luar negeri yang sudah menerapkan hal ini, menyediakan program pelatihan bagi karyawan agar mereka terus meningkatkan keterampilan mereka. Di Indonesia, budaya seperti ini masih jarang diterapkan. Banyak karyawan tidak memiliki akses ke pelatihan lanjutan, sehingga pengetahuan dan keterampilannya bisa saja tertinggal.
Kesimpulan
Kartu Prakerja adalah langkah awal yang positif dalam meningkatkan keterampilan dasar tenaga kerja Indonesia. Program ini berhasil memberikan pelatihan dasar bagi mereka yang membutuhkan, khususnya di masa pandemi. Namun, jika kita ingin mencetak SDM yang benar-benar unggul dan mampu bersaing di kancah global, kita butuh lebih dari sekadar program ini.
Dukungan yang lebih besar terhadap pendidikan vokasi, kolaborasi dengan industri, dan pembelajaran sepanjang hayat harus menjadi perhatian. Pemerintah, perusahaan, dan institusi pendidikan perlu bekerja sama untuk menciptakan ekosistem pembelajaran yang komprehensif, berkelanjutan, dan relevan. Dengan langkah-langkah ini, kita bisa berharap bahwa Indonesia tidak hanya menjadi negara dengan populasi besar, tetapi juga negara dengan SDM yang berkualitas tinggi, siap bersaing, dan membawa kemajuan bagi bangsa.