Kedua, pandemi COVID-19 yang melanda sejak 2020 telah memperburuk keadaan. Pandemi menyebabkan penurunan permintaan produk tekstil di pasar lokal dan global, serta mengganggu rantai pasokan yang selama ini menjadi tulang punggung produksi Sritex.Â
Dengan adanya pembatasan wilayah dan penutupan perbatasan di berbagai negara, ekspor tekstil mengalami kendala besar, sementara di dalam negeri sendiri daya beli masyarakat menurun akibat krisis ekonomi.
Kondisi ini memaksa Sritex untuk melakukan efisiensi biaya, termasuk dengan melakukan PHK terhadap sebagian besar karyawan. Di satu sisi, langkah ini dilakukan untuk menjaga kelangsungan perusahaan, namun di sisi lain, PHK besar-besaran ini berdampak langsung pada meningkatnya jumlah pengangguran di Solo dan daerah sekitarnya, bahkan secara nasional.Â
Banyak mantan karyawan yang kesulitan mencari pekerjaan baru di tengah ketatnya persaingan kerja saat ini, menambah beban sosial yang kian berat.
Meningkatnya Pengangguran: Fakta dan Data
Meningkatnya pengangguran di Indonesia bukanlah isu sepele. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran di Indonesia meningkat dari 6,26 juta orang pada tahun 2019 menjadi 9,77 juta orang pada tahun 2021. Angka ini memperlihatkan dampak langsung dari krisis ekonomi dan PHK yang terjadi di berbagai sektor, termasuk industri tekstil. Di Solo, dampak PHK Sritex sangat terasa dengan bertambahnya jumlah pencari kerja baru yang kesulitan memperoleh pekerjaan.
Para pekerja yang kehilangan pekerjaan juga menghadapi tantangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menjaga kesejahteraan keluarga mereka. Banyak dari mereka yang harus berpikir untuk beralih profesi atau mencari pekerjaan serabutan demi memenuhi kebutuhan, sebuah situasi yang jauh dari kondisi stabil yang mereka rasakan saat masih bekerja di Sritex.
Upaya Pemulihan Sritex: Harapan untuk Masa Depan
Meski krisis ini terasa berat, upaya pemulihan tetap menjadi tujuan utama bagi Sritex dan sektor tekstil pada umumnya. Pemerintah memiliki peran besar dalam mendukung pemulihan sektor ini, misalnya dengan memberikan kebijakan yang mendukung peningkatan daya saing industri lokal.Â
Pemerintah bisa mempertimbangkan untuk memberikan insentif pajak bagi perusahaan tekstil, menurunkan biaya ekspor, atau memberikan proteksi terhadap produk impor yang harganya jauh lebih rendah.
Selain itu, inovasi dan diversifikasi produk juga sangat penting dilakukan oleh perusahaan seperti Sritex agar mampu bertahan dalam persaingan. Misalnya, Sritex dapat mempertimbangkan untuk mengembangkan produk ramah lingkungan yang kini semakin diminati pasar global.Â