Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Meningkatkan Minat Baca, Pekerjaan Rumah bagi Menteri Pendidikan

29 Oktober 2024   09:40 Diperbarui: 29 Oktober 2024   09:56 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sana, membaca bukan hanya bagian dari kurikulum sekolah tetapi juga menjadi bagian dari budaya keluarga dan masyarakat. Dengan kata lain, minat baca yang tinggi bukan hanya berkontribusi pada prestasi akademik tetapi juga memengaruhi perkembangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan bangsa.

Tantangan Peningkatan Minat Baca di Indonesia

Meningkatkan minat baca di Indonesia bukanlah perkara mudah. Ada beberapa faktor yang menjadi tantangan utama dalam membangun budaya literasi di negeri ini, antara lain:

  1. Kurangnya Akses Buku dan Fasilitas Membaca
    Masih banyak daerah, terutama yang berada di wilayah pedesaan yang terpencil, masih mengalami keterbatasan dalam mengakses buku bacaan. Perpustakaan umum, yang seharusnya menjadi sarana literasi untuk masyarakat, sering kali tidak memiliki koleksi buku yang memadai. Kalaupun ada perpustakaan, jarak yang jauh membuatnya sulit dijangkau oleh anak-anak dan masyarakat umum. Data dari Perpustakaan Nasional menunjukkan bahwa hanya sedikit perpustakaan yang terdistribusi merata di seluruh Indonesia, sehingga banyak anak yang tumbuh tanpa mengenal buku.

  1. Kurangnya Koleksi Buku Menarik di Sekolah
    Di lingkungan sekolah, perpustakaan sering kali tidak dilengkapi dengan koleksi buku yang menarik dan relevan bagi siswa. Buku-buku pelajaran yang tersedia biasanya bersifat akademis dan membosankan bagi siswa, terutama anak-anak usia dini yang membutuhkan bacaan yang lebih variatif dan menyenangkan. Kondisi ini menghambat siswa untuk mengenal dan menyukai kegiatan membaca.

  1. Kurangnya Dukungan dari Lingkungan Keluarga dan Masyarakat
    Kebiasaan membaca sebenarnya dimulai dari lingkungan keluarga. Ketika orang tua dan anggota keluarga lainnya tidak terbiasa membaca, anak-anak pun cenderung tidak mengenal buku. Banyak keluarga di Indonesia yang belum menganggap membaca sebagai kegiatan yang penting. Alih-alih mendampingi anak membaca, kebiasaan menonton televisi atau bermain gawai sering kali lebih mendominasi di rumah.

  1. Keterbatasan Kebijakan Pendidikan yang Mendukung Literasi
    Selama ini, kurikulum pendidikan di Indonesia masih lebih berfokus pada aspek kognitif seperti matematika dan sains, tanpa banyak menekankan pada pembentukan kebiasaan membaca. Pembelajaran yang berbasis proyek atau penugasan yang menekankan pentingnya membaca dan mencari referensi masih sangat jarang diterapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun