Indonesia saat ini dihadapkan pada persoalan serius dalam bidang literasi, khususnya terkait kemampuan baca dan tulis anak-anak. Jika melihat data yang dirilis oleh UNESCO, indeks minat baca di Indonesia berada pada angka 0,001%. Ini berarti, hanya satu dari setiap 1.000 orang Indonesia yang memiliki minat baca yang tinggi.
 Dalam perspektif pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia, angka ini sangat memprihatinkan. Darurat literasi anak di Indonesia bukan hanya masalah angka statistik semata; ini adalah ancaman nyata yang dapat mempengaruhi kemajuan bangsa di masa depan.
Kondisi Darurat Literasi Anak di Indonesia
Kemampuan baca dan tulis adalah keterampilan dasar yang sangat penting untuk dimiliki setiap individu. Tanpa keterampilan ini, seseorang akan kesulitan untuk memahami informasi, menyampaikan ide, hingga mengikuti perkembangan di dunia kerja.Â
Sayangnya, berdasarkan hasil penelitian Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Indonesia masih tertinggal dalam hal literasi. Pada tahun 2018, PISA melaporkan bahwa peringkat literasi Indonesia berada di posisi ke-72 dari 78 negara. Hal ini menunjukkan betapa mendesaknya kebutuhan akan perhatian serius dalam pengembangan kemampuan baca-tulis anak-anak Indonesia.
Minimnya akses terhadap bahan bacaan yang bermutu, fasilitas pendidikan yang memadai, dan kurangnya dukungan lingkungan adalah beberapa penyebab utama rendahnya kemampuan literasi di Indonesia.Â
Di daerah-daerah terpencil, banyak sekolah yang tidak memiliki perpustakaan atau koleksi buku yang cukup. Jangankan buku pengetahuan, buku bacaan umum untuk anak-anak saja sering kali sulit ditemukan. Selain itu, banyak orang tua yang belum sadar akan pentingnya membaca dan menulis bagi perkembangan intelektual anak, sehingga tidak membiasakan anak-anak mereka untuk membaca sejak dini.
Dampak Nyata Rendahnya Literasi Anak Indonesia
Kemampuan baca dan tulis yang rendah memiliki dampak jangka panjang yang sangat serius. Menurut studi dari World Bank, anak-anak yang tidak terbiasa membaca sejak dini cenderung mengalami kesulitan dalam memahami informasi dan berpikir kritis.Â
Rendahnya kemampuan literasi ini juga berkontribusi pada rendahnya prestasi akademik, serta berdampak negatif pada kepercayaan diri anak dalam berkomunikasi. Di era globalisasi seperti sekarang, keterampilan membaca dan menulis yang baik menjadi kunci untuk bersaing di dunia kerja yang semakin kompetitif.