Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Komunikasi Tidak Harmonis jadi Akar Masalah Pernikahan Terasa Sepi

26 Oktober 2024   09:55 Diperbarui: 26 Oktober 2024   10:05 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Komunikasi Pasangan.Pixabay.com/Pexels

Pernikahan seharusnya menjadi ikatan yang penuh kasih sayang, saling mendukung, dan memberikan kedamaian. Namun, dalam kenyataannya, tidak sedikit pasangan yang merasa "sendirian" di tengah pernikahan mereka, meskipun tinggal satu atap. Situasi ini dikenal sebagai lonely marriage atau pernikahan yang terasa sepi, yang disebabkan oleh minimnya komunikasi yang harmonis. Kondisi ini bukan hanya berbahaya bagi kelangsungan hubungan, tetapi juga dapat menimbulkan stres, kecemasan, dan dampak psikologis lainnya bagi kedua belah pihak.

Apa Itu Lonely Marriage dan Mengapa Komunikasi Menjadi Kunci?

Lonely marriage adalah istilah yang menggambarkan perasaan sepi dalam pernikahan, ketika salah satu atau kedua pasangan merasa tidak terhubung secara emosional. Meskipun tinggal bersama, rasa keterikatan yang dulu kuat berubah menjadi kehampaan. Mereka mungkin berbicara setiap hari tentang tugas rumah tangga, pekerjaan, atau anak, tetapi percakapan mendalam yang mempererat hubungan semakin jarang terjadi. Akibatnya, hubungan yang seharusnya menjadi sumber kebahagiaan justru berubah menjadi beban emosional.

Kunci utama dalam menghindari atau mengatasi pernikahan sepi adalah komunikasi yang efektif. Komunikasi bukan hanya sekadar bicara atau mengungkapkan pendapat; lebih dari itu, komunikasi berarti mendengar dengan tulus, berbicara dengan jujur, dan berusaha memahami perasaan serta kebutuhan pasangan. Tanpa komunikasi yang sehat dan terbuka, hubungan akan kehilangan fondasi emosionalnya. Seiring waktu, pasangan yang tidak lagi saling berbicara dari hati ke hati akan merasa seperti orang asing, bahkan di rumah mereka sendiri.

Faktor-Faktor Penyebab Komunikasi yang Tidak Harmonis

Ada berbagai faktor yang dapat memicu kurangnya komunikasi harmonis dalam pernikahan. Di antaranya:

  1. Kesibukan Sehari-Hari dan Rutinitas yang Padat Pasangan seringkali sibuk dengan pekerjaan, mengurus anak, atau tanggung jawab lainnya, sehingga waktu untuk berkomunikasi secara mendalam semakin sedikit. Ketika energi sudah terkuras habis untuk rutinitas sehari-hari, waktu bersama pasangan lebih sering dihabiskan untuk aktivitas pasif, seperti menonton televisi atau berselancar di media sosial. Lambat laun, keintiman emosional pun mulai terabaikan.

  2. Kurangnya Kesadaran Akan Pentingnya Komunikasi yang Mendalam Banyak pasangan yang menganggap komunikasi dalam pernikahan sebatas pada aspek praktis, seperti siapa yang akan mengurus pekerjaan rumah atau kebutuhan anak. Mereka lupa bahwa komunikasi dalam pernikahan juga mencakup aspek emosional, di mana pasangan saling berbagi perasaan, mimpi, atau kekhawatiran yang lebih pribadi. Ketidaksadaran ini seringkali membuat komunikasi menjadi dangkal, sehingga jarak emosional perlahan tercipta.

  3. Penggunaan Gadget yang Berlebihan Di era digital ini, penggunaan gadget yang berlebihan menjadi tantangan tersendiri dalam komunikasi. Sebuah penelitian dari Journal of Marriage and Family menunjukkan bahwa pasangan yang terlalu banyak menghabiskan waktu di media sosial cenderung kurang memiliki keintiman dalam hubungan mereka. Saat gadget lebih sering menjadi pelarian daripada saling berbicara, rasa keterikatan dalam pernikahan pun mulai terkikis.

  4. Kurangnya Empati dan Apresiasi Ketika pasangan tidak saling mendengarkan atau kurang apresiasi satu sama lain, komunikasi akan semakin sulit untuk terjalin dengan baik. Rasa tidak dihargai dapat membuat salah satu pasangan merasa enggan untuk terbuka atau berbagi perasaan. Tanpa empati dan apresiasi, percakapan akan terasa hambar dan akhirnya hanya sebatas formalitas, tanpa makna yang dalam.

Dampak Lonely Marriage Terhadap Kesehatan Mental dan Emosional

Lonely marriage bukan hanya sekadar masalah komunikasi yang hilang. Kondisi ini dapat menimbulkan dampak psikologis yang cukup serius, baik bagi individu maupun pasangan. Di antaranya:

  • Stres dan Kecemasan: Pasangan yang merasa sendirian dalam pernikahan cenderung lebih mudah merasa cemas dan stres karena mereka tidak lagi memiliki tempat berbagi atau melampiaskan perasaan. Perasaan terisolasi dapat memperparah kecemasan yang sudah ada, atau bahkan memicu depresi.

  • Menurunnya Kepercayaan Diri: Ketika komunikasi berhenti dan apresiasi mulai hilang, salah satu atau kedua pasangan bisa merasa tidak lagi berharga atau diinginkan. Ini secara bertahap menurunkan kepercayaan diri, terutama jika mereka merasa diabaikan secara emosional.

  • Risiko Perceraian yang Lebih Tinggi: Penelitian menunjukkan bahwa pasangan yang merasa terisolasi secara emosional lebih rentan terhadap perceraian. Ketika komunikasi tidak lagi berfungsi sebagai alat untuk saling memahami dan mendukung, hubungan bisa runtuh, karena salah satu atau kedua belah pihak tidak lagi merasa terpenuhi kebutuhan emosionalnya.

Cara Menghindari dan Mengatasi Lonely Marriage

Membangun kembali komunikasi dalam pernikahan memang bukan hal mudah, terutama jika situasi sudah lama berlarut-larut. Namun, beberapa langkah berikut bisa membantu kamu dan pasangan agar terhindar dari pernikahan sepi dan menjaga komunikasi tetap harmonis:

  1. Sediakan Waktu Khusus untuk Saling Berbicara Luangkan waktu secara rutin untuk berdiskusi tentang perasaan, harapan, atau kekhawatiran masing-masing tanpa gangguan. Kamu bisa membuat jadwal mingguan atau bulanan, di mana waktu ini benar-benar difokuskan untuk berbicara dari hati ke hati. Dalam momen ini, hindari topik tugas rumah tangga atau pekerjaan; fokuslah pada apa yang kamu rasakan dan butuhkan dalam hubungan.

  2. Praktikkan Empati dalam Setiap Komunikasi Jangan hanya mendengar, tetapi berusahalah memahami dan merespons dengan empati. Jika pasangan mengungkapkan perasaan atau kekhawatiran, cobalah untuk merespons dengan mendukung, bukan menilai atau menyalahkan. Penelitian menunjukkan bahwa pasangan yang merasa didengarkan dan dipahami memiliki ikatan emosional yang lebih kuat.

  3. Batasi Penggunaan Gadget Ketika Bersama Saat waktu bersama, batasi penggunaan gadget agar kamu dan pasangan dapat saling fokus. Buatlah kesepakatan untuk menghindari layar gadget saat makan malam atau di kamar tidur, agar percakapan tidak terpotong dan kamu bisa lebih terhubung secara emosional.

  4. Saling Apresiasi dan Berikan Pujian Hal sederhana seperti memberi pujian atau ucapan terima kasih dapat membuat perbedaan besar dalam pernikahan. Menghargai hal-hal kecil yang dilakukan pasangan akan membuat mereka merasa lebih diakui dan dihargai. Ini akan menciptakan komunikasi yang lebih sehat dan saling membangun kepercayaan.

  5. Lakukan Aktivitas Bersama yang Menguatkan Kedekatan Emosional Aktivitas bersama, seperti olahraga, memasak, atau melakukan hobi, dapat mempererat hubungan emosional. Aktivitas ini dapat menjadi momen di mana kamu dan pasangan dapat berbagi kebahagiaan, sekaligus membangun komunikasi secara alami.

Pentingnya Kesadaran dalam Menjaga Komunikasi Harmonis

Menyadari bahwa komunikasi adalah kunci utama dalam pernikahan adalah langkah awal yang sangat penting. Jangan menunggu sampai rasa sepi menghantui hubungan, ciptakan komunikasi harmonis sedini mungkin. Setiap pasangan pasti mengalami pasang surut, tetapi dengan komunikasi yang sehat dan terbuka, segala permasalahan dapat dihadapi bersama.

Penutup

Lonely marriage adalah masalah serius yang dapat dihindari jika kamu dan pasangan berkomitmen untuk menjaga komunikasi yang sehat dan terbuka. Pernikahan adalah perjalanan panjang yang tidak selalu mudah, tetapi ketika kamu dan pasangan saling mendukung, mendengarkan, dan memahami, perasaan sepi akan sulit menghampiri. Ingatlah bahwa cinta tidak cukup hanya dalam kata-kata, tetapi juga harus diwujudkan dalam tindakan nyata, terutama melalui komunikasi yang penuh empati dan kejujuran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun