Anggapan ini tentu perlu diubah, karena dalam Kurikulum Merdeka, keterampilan berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah jauh lebih penting daripada sekadar menghafal materi.
Oleh karena itu, orang tua juga perlu dibekali pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana mendampingi anak-anak mereka belajar di era Kurikulum Merdeka. Program-program sosialisasi dan pelatihan untuk orang tua perlu ditingkatkan agar mereka dapat berperan aktif dalam mendukung proses belajar anak di rumah.
Kesimpulan
Kurikulum Merdeka membawa banyak harapan baru bagi dunia pendidikan Indonesia. Dengan kebebasan yang diberikan kepada guru dan siswa, diharapkan proses belajar-mengajar menjadi lebih relevan, menyenangkan, dan adaptif terhadap kebutuhan zaman. Namun, seperti setiap perubahan besar, penerapan Kurikulum Merdeka tidak luput dari tantangan.
 Mulai dari kesiapan guru, ketimpangan infrastruktur, hingga dukungan dari orang tua, semua elemen ini harus bekerja sama agar tujuan pendidikan yang lebih merdeka bisa tercapai.
Apakah Kurikulum Merdeka sudah memerdekakan pendidikan? Jawabannya mungkin belum sepenuhnya. Tetapi ini adalah langkah awal yang positif. Dengan dukungan yang tepat, Kurikulum Merdeka bisa menjadi tonggak penting dalam menciptakan generasi yang lebih mandiri, kritis, dan siap menghadapi tantangan global.Â
Kini, yang diperlukan adalah komitmen dari semua pihak untuk terus memperbaiki dan menyesuaikan sistem ini agar benar-benar bermanfaat bagi seluruh siswa di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H