Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Ujian Nasional Perlu Diterapkan Kembali?

24 Oktober 2024   10:11 Diperbarui: 24 Oktober 2024   20:50 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ujian Nasional. Pixabay/F1Digitals

Ujian Nasional (UN) telah menjadi topik perdebatan yang tidak pernah usai dalam dunia pendidikan Indonesia. Setelah dihapus pada tahun 2020 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, banyak pihak yang mendukung keputusan tersebut. Namun, di sisi lain, tak sedikit yang merasa bahwa penghapusan Ujian Nasional justru merugikan sistem evaluasi pendidikan di Indonesia. Kini, muncul wacana dari beberapa kalangan yang mengusulkan agar Ujian Nasional diterapkan kembali. Apakah kebijakan ini benar-benar perlu dipertimbangkan lagi? Mari kita bahas secara mendalam, dengan melihat berbagai sudut pandang serta bukti konkret yang ada.

Latar Belakang Penghapusan Ujian Nasional

Ujian Nasional pertama kali diperkenalkan pada tahun 2003 sebagai pengganti dari Ebtanas (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional). Tujuan utamanya adalah untuk mengevaluasi standar pendidikan secara nasional dan memastikan bahwa setiap siswa memiliki kompetensi yang sama di seluruh Indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu, Ujian Nasional mulai mendapatkan kritik keras. Banyak yang merasa bahwa ujian ini hanya mengukur kemampuan kognitif siswa dalam mata pelajaran tertentu, tanpa mempertimbangkan kemampuan lain seperti kreativitas, keterampilan sosial, dan kecerdasan emosional.

Pada tahun 2020, pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu, Nadiem Makarim, memutuskan untuk menghapus Ujian Nasional. Alasannya, sistem evaluasi yang terlalu berfokus pada hasil akhir ujian cenderung menimbulkan tekanan psikologis bagi siswa. Sebagai gantinya, pemerintah menerapkan Asesmen Nasional yang lebih berfokus pada literasi, numerasi, dan survei karakter siswa. Langkah ini disambut baik oleh banyak pihak, terutama dari kalangan pendidik yang merasa bahwa pendidikan tidak seharusnya hanya diukur dari angka di atas kertas.

Namun, beberapa pihak merasakan adanya kekosongan setelah penghapusan Ujian Nasional. Tanpa adanya standar evaluasi yang seragam, bagaimana kita dapat mengetahui bahwa setiap siswa di Indonesia menerima pendidikan dengan kualitas yang sama?

Kelebihan dan Kekurangan Ujian Nasional

Sebelum membahas apakah Ujian Nasional perlu diterapkan kembali, penting untuk melihat Kelebihan dan Kekurangan dari sistem ini. Dari segi keuntungan, Ujian Nasional memberikan standar penilaian yang sama di seluruh wilayah Indonesia. Dengan adanya ujian yang sama, kita dapat mengetahui sejauh mana tingkat kompetensi siswa di daerah perkotaan maupun di daerah terpencil. Ini adalah salah satu cara untuk menjaga kesetaraan dalam sistem pendidikan nasional.

Selain itu, Ujian Nasional juga mendorong siswa untuk lebih serius dalam belajar. Karena nilai Ujian Nasional pada saat itu menjadi penentu kelulusan, siswa merasa terdorong untuk mempersiapkan diri dengan lebih baik. Ini menciptakan semangat kompetisi yang sehat dan menumbuhkan etos kerja keras.

Namun, di sisi lain, banyak kritik yang dilontarkan terhadap Ujian Nasional. Salah satu kritik utama adalah bahwa ujian ini terlalu fokus pada kemampuan kognitif siswa dalam menghafal materi. Padahal, tujuan pendidikan seharusnya lebih dari sekadar menghafal. Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang mengajarkan siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah. Ujian Nasional dinilai gagal mencakup aspek-aspek tersebut.

Selain itu, Ujian Nasional juga sering kali menimbulkan tekanan psikologis yang besar bagi siswa. Banyak siswa yang mengalami stres berlebihan karena takut tidak lulus ujian. Bahkan, ada kasus-kasus di mana siswa memilih untuk tidak mengikuti ujian karena merasa tidak mampu menghadapinya. Tekanan semacam ini jelas berdampak buruk bagi kesehatan mental siswa.

Apakah Ujian Nasional Masih Relevan?

Dalam konteks pendidikan yang terus berkembang, relevansi Ujian Nasional perlu dipertanyakan. Salah satu alasan mengapa Ujian Nasional dinilai tidak lagi relevan adalah karena perkembangan dunia yang semakin dinamis menuntut keterampilan yang lebih kompleks dari sekadar kemampuan menghafal materi pelajaran. Di era Revolusi Industri 4.0, siswa perlu dibekali dengan keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, kolaborasi, dan komunikasi. Sistem pendidikan yang hanya berfokus pada hasil ujian tertulis tidak akan mampu mempersiapkan siswa untuk tantangan ini.

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa kita tetap membutuhkan sistem evaluasi yang objektif dan dapat diukur secara nasional. Asesmen Nasional yang diterapkan saat ini memang memiliki pendekatan yang lebih holistik, tetapi belum tentu dapat memberikan gambaran menyeluruh mengenai kemampuan akademis siswa di seluruh Indonesia. Beberapa pihak merasa bahwa tanpa adanya Ujian Nasional, sulit untuk mengetahui apakah setiap sekolah telah mencapai standar pendidikan yang sama.

Solusi Alternatif Kombinasi Ujian Nasional dan Penilaian Berbasis Keterampilan

Jika Ujian Nasional benar-benar diterapkan kembali, penting untuk melakukan reformasi terhadap sistem ini. Ujian Nasional tidak seharusnya hanya berfokus pada kemampuan kognitif siswa dalam menghafal materi. Sebaliknya, perlu ada penilaian yang lebih komprehensif, mencakup berbagai aspek seperti keterampilan berpikir kritis, kreativitas, kemampuan komunikasi, dan kerja sama.

Salah satu solusi yang bisa diterapkan adalah mengombinasikan Ujian Nasional dengan penilaian berbasis keterampilan. Siswa tidak hanya diuji dalam bentuk ujian tertulis, tetapi juga melalui proyek, presentasi, dan kerja kelompok. Penilaian semacam ini akan memberikan gambaran yang lebih menyeluruh mengenai kemampuan siswa dan lebih relevan dengan tuntutan dunia kerja saat ini.

Selain itu, penilaian berkelanjutan juga perlu diterapkan. Dalam sistem ini, siswa dinilai secara bertahap sepanjang tahun ajaran, bukan hanya berdasarkan hasil ujian di akhir semester. Dengan demikian, penilaian dapat mencerminkan perkembangan siswa secara keseluruhan, bukan hanya kemampuan mereka dalam menghadapi ujian tertentu.

Negara dengan Sistem Pendidikan Tanpa Ujian Nasional

Sebagai bukti konkret, kita dapat melihat beberapa negara yang telah menghapus sistem ujian nasional dan menerapkan penilaian yang lebih holistik. Salah satu contohnya adalah Finlandia, yang dikenal memiliki salah satu sistem pendidikan terbaik di dunia. Di Finlandia, siswa tidak mengikuti ujian nasional hingga mereka memasuki tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Sebaliknya, penilaian siswa dilakukan secara berkelanjutan dan lebih menekankan pada keterampilan berpikir kritis dan kreativitas. Hasilnya, siswa Finlandia consistently menduduki peringkat tinggi dalam tes internasional seperti PISA (Programme for International Student Assessment).

Kesimpulan

Mengembalikan Ujian Nasional sebagai alat evaluasi siswa tentu memerlukan pertimbangan yang matang. Di satu sisi, Ujian Nasional memberikan standar penilaian yang objektif dan dapat diukur secara nasional. Namun, di sisi lain, ujian ini memiliki kelemahan karena terlalu fokus pada kemampuan kognitif siswa dan menimbulkan tekanan psikologis yang besar.

Jika Ujian Nasional benar-benar diterapkan kembali, sistem ini perlu mengalami reformasi besar-besaran. Kombinasi antara ujian tertulis dan penilaian berbasis keterampilan bisa menjadi solusi untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih adil dan relevan dengan kebutuhan masa depan. Pada akhirnya, tujuan dari pendidikan adalah untuk mempersiapkan siswa menghadapi dunia yang terus berubah, dan sistem evaluasi yang kita terapkan harus mampu mencerminkan tujuan tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun