Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Ujian Nasional Perlu Diterapkan Kembali?

24 Oktober 2024   10:11 Diperbarui: 24 Oktober 2024   20:50 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ujian Nasional. Pixabay/F1Digitals

Apakah Ujian Nasional Masih Relevan?

Dalam konteks pendidikan yang terus berkembang, relevansi Ujian Nasional perlu dipertanyakan. Salah satu alasan mengapa Ujian Nasional dinilai tidak lagi relevan adalah karena perkembangan dunia yang semakin dinamis menuntut keterampilan yang lebih kompleks dari sekadar kemampuan menghafal materi pelajaran. Di era Revolusi Industri 4.0, siswa perlu dibekali dengan keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, kolaborasi, dan komunikasi. Sistem pendidikan yang hanya berfokus pada hasil ujian tertulis tidak akan mampu mempersiapkan siswa untuk tantangan ini.

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa kita tetap membutuhkan sistem evaluasi yang objektif dan dapat diukur secara nasional. Asesmen Nasional yang diterapkan saat ini memang memiliki pendekatan yang lebih holistik, tetapi belum tentu dapat memberikan gambaran menyeluruh mengenai kemampuan akademis siswa di seluruh Indonesia. Beberapa pihak merasa bahwa tanpa adanya Ujian Nasional, sulit untuk mengetahui apakah setiap sekolah telah mencapai standar pendidikan yang sama.

Solusi Alternatif Kombinasi Ujian Nasional dan Penilaian Berbasis Keterampilan

Jika Ujian Nasional benar-benar diterapkan kembali, penting untuk melakukan reformasi terhadap sistem ini. Ujian Nasional tidak seharusnya hanya berfokus pada kemampuan kognitif siswa dalam menghafal materi. Sebaliknya, perlu ada penilaian yang lebih komprehensif, mencakup berbagai aspek seperti keterampilan berpikir kritis, kreativitas, kemampuan komunikasi, dan kerja sama.

Salah satu solusi yang bisa diterapkan adalah mengombinasikan Ujian Nasional dengan penilaian berbasis keterampilan. Siswa tidak hanya diuji dalam bentuk ujian tertulis, tetapi juga melalui proyek, presentasi, dan kerja kelompok. Penilaian semacam ini akan memberikan gambaran yang lebih menyeluruh mengenai kemampuan siswa dan lebih relevan dengan tuntutan dunia kerja saat ini.

Selain itu, penilaian berkelanjutan juga perlu diterapkan. Dalam sistem ini, siswa dinilai secara bertahap sepanjang tahun ajaran, bukan hanya berdasarkan hasil ujian di akhir semester. Dengan demikian, penilaian dapat mencerminkan perkembangan siswa secara keseluruhan, bukan hanya kemampuan mereka dalam menghadapi ujian tertentu.

Negara dengan Sistem Pendidikan Tanpa Ujian Nasional

Sebagai bukti konkret, kita dapat melihat beberapa negara yang telah menghapus sistem ujian nasional dan menerapkan penilaian yang lebih holistik. Salah satu contohnya adalah Finlandia, yang dikenal memiliki salah satu sistem pendidikan terbaik di dunia. Di Finlandia, siswa tidak mengikuti ujian nasional hingga mereka memasuki tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Sebaliknya, penilaian siswa dilakukan secara berkelanjutan dan lebih menekankan pada keterampilan berpikir kritis dan kreativitas. Hasilnya, siswa Finlandia consistently menduduki peringkat tinggi dalam tes internasional seperti PISA (Programme for International Student Assessment).

Kesimpulan

Mengembalikan Ujian Nasional sebagai alat evaluasi siswa tentu memerlukan pertimbangan yang matang. Di satu sisi, Ujian Nasional memberikan standar penilaian yang objektif dan dapat diukur secara nasional. Namun, di sisi lain, ujian ini memiliki kelemahan karena terlalu fokus pada kemampuan kognitif siswa dan menimbulkan tekanan psikologis yang besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun