Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Sulit Mencari Kerja, Harus Terima Perundungan di Tempat Kerja?

19 Oktober 2024   18:04 Diperbarui: 19 Oktober 2024   18:21 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan hanya itu, perundungan juga bisa berdampak pada kepercayaan diri korban. Mereka mungkin merasa tidak kompeten atau tidak dihargai, yang pada akhirnya mempengaruhi performa kerja mereka. Situasi ini menciptakan lingkaran setan, di mana korban merasa semakin terisolasi dan sulit untuk keluar dari tekanan yang ada.

Mengapa Banyak yang Memilih Bertahan?

Mengapa banyak pekerja yang memilih bertahan dalam situasi ini? Jawabannya tidak sederhana. Salah satu alasan utama adalah sulitnya mencari pekerjaan baru. Seperti yang disebutkan sebelumnya, pasar kerja sangat kompetitif, dan banyak pekerja merasa bahwa meninggalkan pekerjaan saat ini sama dengan mengambil risiko besar untuk menjadi pengangguran. Mereka khawatir tidak akan mampu mendapatkan pekerjaan baru dalam waktu dekat, terutama jika mereka berada di industri yang persaingannya sangat ketat.

Selain itu, beberapa korban perundungan merasa tidak memiliki pilihan lain. Mereka mungkin terikat kontrak kerja atau merasa bahwa kondisi finansial mereka tidak memungkinkan untuk berhenti bekerja dan mencari pekerjaan baru. Ada juga stigma yang melekat pada orang yang "keluar" dari pekerjaan karena alasan non-finansial, seperti masalah perundungan. Mereka khawatir akan dinilai "tidak profesional" oleh perusahaan baru yang mereka lamar.

Namun, bertahan di lingkungan kerja yang tidak sehat bukanlah solusi yang tepat. Kesehatan mental dan kesejahteraan diri lebih penting daripada pekerjaan apa pun. Lingkungan kerja yang toxic bisa merusak karier, merusak hubungan sosial, dan pada akhirnya, merusak kualitas hidup secara keseluruhan.

Langkah yang Harus Diambil

Jika kamu mengalami perundungan di tempat kerja, penting untuk mengetahui bahwa kamu tidak sendirian. Ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk melindungi diri:

  1. Mencari Dukungan: Jangan menghadapi situasi ini sendirian. Cari dukungan dari teman atau kolega yang bisa dipercaya. Jika memungkinkan, laporkan masalah tersebut ke HRD atau pihak yang berwenang di perusahaan. Di banyak negara, termasuk Indonesia, perundungan di tempat kerja sudah diatur oleh hukum, dan perusahaan wajib melindungi karyawannya dari perlakuan tidak adil.

  2. Mendokumentasikan Insiden: Jika perundungan terus terjadi, catat setiap insiden secara detail. Tanggal, waktu, siapa yang terlibat, dan apa yang terjadi---semua ini bisa menjadi bukti konkret jika kamu memutuskan untuk mengambil tindakan hukum atau melaporkan masalah ini ke atasan.

  3. Jangan Menyalahkan Diri Sendiri: Penting untuk diingat bahwa perundungan bukanlah kesalahanmu. Tidak ada alasan yang membenarkan perilaku buruk seperti itu di tempat kerja. Jaga kepercayaan diri dan jangan biarkan intimidasi merusak kesehatan mentalmu.

  4. Mencari Bantuan Profesional: Jika kamu merasa bahwa dampak perundungan sudah mempengaruhi kesehatan mental, pertimbangkan untuk mencari bantuan profesional. Konselor atau psikolog dapat membantu kamu mengatasi tekanan dan memberikan strategi untuk menghadapi situasi yang sulit.

  5. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Worklife Selengkapnya
    Lihat Worklife Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun