Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peraturan Ada untuk Dilanggar, Kebiasaan Masyarakat Indonesia yang Mengakar

18 Oktober 2024   18:03 Diperbarui: 18 Oktober 2024   18:38 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pemotor ditilang karena tak mengenakan helm saat melintas di depan Stasiun Pasar Minggu, Jakarta Selatan.(KOMPAS.com/Dzaky Nurcahyo)

Budaya "asal bapak senang" juga berperan dalam memperburuk fenomena ini. Banyak orang yang mengikuti aturan hanya ketika berada di bawah pengawasan langsung, atau jika ada pihak otoritas yang mereka hormati. Namun, begitu pengawasan itu hilang, kepatuhan terhadap aturan pun ikut hilang. Sikap ini mencerminkan kurangnya kesadaran pribadi terhadap pentingnya aturan bagi kebaikan bersama.

Dampak Jangka Panjang

Pelanggaran aturan yang dilakukan secara terus-menerus dan meluas tentu akan memberikan dampak negatif jangka panjang bagi masyarakat. Pertama, hal ini dapat melemahkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem hukum. Ketika orang melihat bahwa aturan bisa dilanggar tanpa konsekuensi, maka wibawa hukum pun akan menurun. Masyarakat tidak lagi memandang hukum sebagai sesuatu yang harus dihormati, melainkan hanya sebagai alat yang bisa diabaikan jika memungkinkan.

Selain itu, budaya melanggar peraturan juga bisa berdampak pada rendahnya produktivitas dan kualitas hidup. Di jalan raya, misalnya, pelanggaran aturan lalu lintas dapat menyebabkan kemacetan dan kecelakaan yang tidak perlu. Hal ini tidak hanya merugikan individu yang terlibat, tetapi juga berdampak pada masyarakat luas dalam bentuk waktu yang terbuang dan potensi kerugian ekonomi.

Membangun Kesadaran Bersama

Untuk mengatasi masalah ini, perlu ada langkah-langkah konkret yang melibatkan seluruh elemen masyarakat.

Pertama, penegakan hukum harus diperkuat. Pemerintah perlu memastikan bahwa setiap pelanggaran aturan, sekecil apa pun, diberikan sanksi yang sesuai. Konsistensi dalam penegakan hukum akan memberikan efek jera dan meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa aturan bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan begitu saja.

Kedua, perlu ada edukasi yang lebih intensif mengenai pentingnya mematuhi aturan. Pendidikan karakter di sekolah-sekolah bisa menjadi langkah awal untuk membentuk generasi yang lebih menghargai aturan dan disiplin. Selain itu, kampanye sosial yang mengangkat isu kepatuhan terhadap aturan juga bisa dilakukan, dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat atau influencer yang memiliki pengaruh di kalangan publik.

Ketiga, aturan yang ada harus relevan dan mudah diterapkan. Pemerintah perlu melakukan evaluasi terhadap peraturan yang dirasa tidak sesuai dengan kondisi lapangan. Misalnya, masalah parkir di daerah padat penduduk bisa diselesaikan dengan menyediakan lahan parkir alternatif atau memperbaiki tata kelola lalu lintas di wilayah tersebut. Dengan begitu, masyarakat tidak lagi merasa terpaksa melanggar aturan karena keadaan yang tidak mendukung.

Kesimpulan

Peraturan bukanlah sesuatu yang dibuat untuk dilanggar, tetapi untuk dipatuhi demi kebaikan bersama. Kebiasaan melanggar aturan di Indonesia, meskipun tampak sepele, bisa berdampak buruk jika tidak segera diatasi. Setiap individu memiliki peran dalam menjaga ketertiban dan disiplin, dimulai dari hal-hal kecil seperti mematuhi rambu lalu lintas hingga menghormati budaya antre. Dengan membangun kesadaran bersama dan memperkuat penegakan hukum, kita bisa menciptakan masyarakat yang lebih tertib, disiplin, dan menghargai aturan. Pada akhirnya, kepatuhan terhadap peraturan bukan hanya soal menghindari hukuman, tetapi juga soal menunjukkan rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun