Stres adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Baik itu karena tekanan pekerjaan, masalah keluarga, atau tantangan finansial, setiap orang pasti pernah mengalami stres. Namun, apakah kamu benar-benar memahami apa yang terjadi pada tubuh ketika stres melanda? Lebih dari sekadar perasaan tertekan atau cemas, stres memicu serangkaian reaksi fisik, mental, dan emosional yang dapat berdampak negatif pada kesehatan jika dibiarkan berlarut-larut. Dalam artikel ini, kita akan mengulas secara lengkap apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh saat stres, serta bagaimana mengelola stres agar tidak merusak kesejahteraanmu.
Respon Tubuh Terhadap Stres
Saat kamu menghadapi situasi yang dianggap mengancam atau menantang, tubuh secara otomatis memicu mekanisme yang disebut fight or flight (melawan atau lari). Ini adalah respon alami yang diturunkan dari nenek moyang kita untuk membantu mereka bertahan hidup dalam situasi bahaya, seperti menghadapi hewan buas atau ancaman fisik lainnya. Meski ancaman di era modern berbeda---misalnya tenggat waktu kerja atau masalah keuangan---respon tubuh tetap sama.
Respon ini dimulai di otak, tepatnya di hipotalamus. Ketika hipotalamus mendeteksi stres, ia mengirimkan sinyal ke kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal. Kelenjar adrenal kemudian melepaskan hormon stres utama, yaitu kortisol dan adrenalin. Kedua hormon ini memicu serangkaian reaksi di tubuhmu, seperti meningkatkan detak jantung, mempercepat pernapasan, dan mengalirkan lebih banyak darah ke otot-otot utama agar tubuh siap untuk "melawan" atau "melarikan diri."
Dalam jangka pendek, reaksi ini bisa bermanfaat. Misalnya, ketika kamu harus menghadapi presentasi penting, hormon stres memberikan energi tambahan agar kamu bisa tampil lebih baik. Namun, jika stres terjadi secara terus-menerus atau menjadi kronis, hormon-hormon ini bisa menimbulkan dampak negatif yang serius.
Dampak Jangka Panjang Stres pada Tubuh
1. Peningkatan Kadar Kortisol dan Penambahan Berat Badan
Kortisol adalah hormon yang sangat penting dalam respon stres. Namun, jika diproduksi dalam jumlah berlebihan untuk waktu yang lama, kortisol bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Salah satunya adalah penambahan berat badan, Â Studi menunjukkan bahwa kortisol memicu penimbunan lemak di bagian perut, yang sering kali lebih sulit dihilangkan dan berisiko tinggi terhadap penyakit jantung dan diabetes tipe 2.
Selain itu, kortisol juga berperan dalam memengaruhi nafsu makan. Saat kadar kortisol tinggi, tubuh cenderung menginginkan makanan tinggi gula dan lemak sebagai cara untuk mendapatkan energi cepat. Inilah mengapa banyak orang merasa lapar saat mereka stres dan akhirnya mengalami penambahan berat badan.
2. Gangguan Sistem Kardiovaskular