3. Kriteria Fisik yang Tidak Relevan
Salah satu persyaratan melamar kerja yang paling kontroversial adalah syarat fisik yang tidak berkaitan dengan pekerjaan itu sendiri. Misalnya, beberapa perusahaan menetapkan tinggi badan minimal atau berat badan ideal untuk posisi yang sebenarnya tidak memerlukan kualifikasi fisik tertentu. Contoh nyata dari hal ini sering kali terlihat dalam lowongan kerja di bidang perbankan atau administrasi, di mana tinggi badan minimal sering kali ditetapkan sebagai syarat.
Tinggi badan, berat badan, bahkan penampilan fisik, seharusnya bukan menjadi ukuran utama dalam proses rekrutmen, kecuali untuk posisi yang memang membutuhkan kriteria fisik tertentu, seperti pramugari atau model. Mengaitkan kriteria fisik dengan pekerjaan administrasi atau teknis hanya mencerminkan kurangnya pemahaman tentang fokus utama rekrutmen, yaitu kemampuan individu dalam menjalankan tugas yang diberikan.
Sebagai bukti konkret, kita bisa melihat data dari The World Bank pada tahun 2020 yang menunjukkan bahwa Indonesia termasuk negara yang memiliki tingkat pengangguran tinggi di kalangan lulusan muda. Hal ini salah satunya disebabkan oleh kriteria rekrutmen yang tidak rasional, di mana aspek penampilan fisik masih sering dijadikan faktor utama dalam menyeleksi kandidat, terutama di sektor swasta.
4. Kualifikasi Pendidikan yang Berlebihan
Tidak jarang kita menemukan lowongan kerja yang mengharuskan kandidat memiliki gelar pendidikan yang tinggi, seperti S2, bahkan untuk posisi entry-level. Dalam beberapa kasus, kualifikasi pendidikan yang terlalu tinggi justru membuat posisi tersebut kehilangan kandidat yang sebenarnya kompeten tetapi tidak memiliki gelar yang diminta. Sebagai contoh, sebuah perusahaan mungkin meminta kandidat untuk memiliki gelar S2 dalam bidang pemasaran untuk posisi sebagai staf pemasaran junior.
Kenyataannya, pekerjaan di bidang pemasaran lebih banyak bergantung pada kemampuan praktis dan pengalaman di lapangan daripada gelar akademik tinggi. Menetapkan syarat kualifikasi yang berlebihan seperti ini justru menutup peluang bagi individu yang berpengalaman tetapi mungkin tidak memiliki gelar formal yang diminta. Padahal, banyak posisi di dunia kerja yang bisa diisi oleh individu yang belajar melalui pengalaman dan pelatihan informal.
Penelitian yang dilakukan oleh Global Talent Trends pada tahun 2021 menunjukkan bahwa lebih dari 40% perusahaan di Asia Pasifik mulai mempertimbangkan kembali persyaratan pendidikan yang terlalu tinggi karena menyadari bahwa pengalaman praktis sering kali lebih bernilai dalam lingkungan kerja modern. Hal ini menjadi pelajaran bagi perusahaan di Indonesia untuk lebih fleksibel dalam menetapkan kualifikasi pendidikan agar tidak kehilangan kandidat berbakat.
5. Keterampilan yang Sebenarnya Tidak Diperlukan
Persyaratan lain yang kerap membuat bingung pencari kerja adalah tuntutan keterampilan yang terlalu spesifik, bahkan untuk pekerjaan yang tidak memerlukannya. Contohnya, seorang desainer grafis mungkin diminta untuk menguasai berbagai bahasa pemrograman, padahal tanggung jawab utamanya adalah mendesain visual. Memasukkan syarat-syarat semacam ini hanya akan mempersempit peluang bagi pencari kerja yang sebenarnya memiliki keterampilan utama yang dibutuhkan.
Dalam dunia kerja yang terus berkembang, perusahaan seharusnya fokus pada keterampilan inti yang benar-benar relevan dengan pekerjaan yang ditawarkan. Terlalu banyak persyaratan keterampilan hanya akan membingungkan pencari kerja dan mengurangi minat mereka untuk melamar.