Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jangan Biarkan, Kekerasan di Sekolah Melukai Tatanan Pendidikan Kita!

7 Oktober 2024   11:56 Diperbarui: 7 Oktober 2024   11:58 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bullying di Sekolah. Pexels.com/Mikhail Nilov 

Data dan Fakta yang Mengkhawatirkan

Data menunjukkan bahwa kekerasan di sekolah masih menjadi masalah besar di Indonesia. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2021, sebanyak 21,9% anak-anak Indonesia pernah mengalami kekerasan di sekolah, baik secara fisik maupun verbal. Data ini tentu sangat mengkhawatirkan, karena menunjukkan bahwa hampir satu dari empat anak di Indonesia pernah menjadi korban kekerasan di lingkungan yang seharusnya aman untuk mereka.

Kasus kekerasan di sekolah juga meningkat selama beberapa tahun terakhir. Pada 2022, laporan dari KPPPA mencatat 400 kasus kekerasan yang terjadi di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Ini hanya kasus yang tercatat dan dilaporkan; kemungkinan besar jumlah kasus yang sebenarnya lebih tinggi, mengingat masih banyak kasus kekerasan yang tidak dilaporkan karena ketakutan atau tekanan sosial.

Membangun Solusi untuk Mencegah Kekerasan

Kekerasan di sekolah jelas melukai tatanan pendidikan kita, tetapi bukan berarti masalah ini tidak bisa diatasi. Membangun kesadaran dan penanganan yang tepat adalah kunci. Langkah pertama yang harus diambil adalah menanamkan nilai-nilai anti-kekerasan sejak dini kepada siswa dan guru. Sekolah harus menjadi tempat yang mengajarkan resolusi konflik yang damai dan penuh toleransi. Program-program sosialisasi anti-kekerasan dan seminar tentang pentingnya penyelesaian masalah secara baik perlu diperbanyak.

Selain itu, aturan yang ketat mengenai kekerasan di sekolah harus diterapkan. Hukuman yang tegas dan jelas perlu diberikan kepada pelaku kekerasan, baik itu siswa, guru, atau staf lainnya. Sekolah harus bekerja sama dengan pihak berwenang untuk memastikan bahwa kasus kekerasan ditangani dengan serius dan tidak ditutupi. Hanya dengan langkah ini kita bisa menciptakan lingkungan yang benar-benar aman bagi siswa untuk belajar dan berkembang.

Peran orang tua juga tidak kalah penting. Orang tua harus lebih proaktif dalam memantau kondisi anak mereka di sekolah. Jika ada tanda-tanda kekerasan, baik fisik maupun emosional, segera laporkan kepada pihak sekolah atau otoritas terkait. Jangan biarkan anak-anak merasa sendirian menghadapi kekerasan, karena mereka berhak mendapatkan perlindungan.

Kesimpulan

Kita tidak boleh menutup mata terhadap kekerasan yang terjadi di sekolah. Tatanan pendidikan kita akan hancur jika kekerasan terus dibiarkan merajalela. Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak, aman, dan penuh kasih sayang. Jika kita membiarkan kekerasan terus terjadi, kita sedang membiarkan masa depan generasi muda terancam.

Menghadapi kekerasan di sekolah adalah tanggung jawab kita bersama. Dengan menolak kekerasan, kita bukan hanya melindungi siswa, tetapi juga menjaga masa depan pendidikan Indonesia. Kamu punya peran dalam hal ini, baik sebagai orang tua, guru, siswa, atau bagian dari masyarakat. Mari bergerak bersama, jangan biarkan kekerasan menghancurkan tatanan pendidikan kita yang berharga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun