Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jadi Budak Trend, Budaya Doom Spending Tidak Terhindarkan

2 Oktober 2024   13:34 Diperbarui: 2 Oktober 2024   13:36 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Belanja Online. Pixabay.com/Preis_King 

Bukti Konkret Kasus Doom Spending di Kalangan Masyarakat

Fenomena doom spending tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara lain. Misalnya, survei yang dilakukan oleh perusahaan manajemen keuangan Mint pada tahun 2022 menemukan bahwa lebih dari 50% orang dewasa di Amerika Serikat mengaku melakukan belanja impulsif saat merasa stres atau cemas. Dari survei tersebut, mayoritas responden mengatakan bahwa mereka lebih memilih menghabiskan uang untuk produk yang berkaitan dengan tren terbaru, meskipun mereka tahu itu bukan prioritas.

Di Indonesia, fenomena ini juga semakin terlihat, terutama di kalangan pengguna media sosial. Contoh nyata bisa dilihat dari tren belanja online selama pandemi COVID-19. Menurut data dari Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), terdapat peningkatan signifikan dalam jumlah transaksi belanja online pada masa pandemi. Hal ini dipicu oleh kebijakan pembatasan sosial yang membuat banyak orang lebih sering menghabiskan waktu di rumah dan mengakses platform belanja online. Akibatnya, banyak masyarakat yang terjebak dalam belanja impulsif hanya karena mereka merasa bosan atau ingin mengikuti tren produk-produk terbaru yang dipromosikan oleh para influencer.

Cara Menghindari Perilaku Doom Spending

Mengingat dampak negatif dari doom spending, penting bagi kamu untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan dan menghindari belanja impulsif. Berikut beberapa tips yang bisa kamu terapkan:

  1. Buat Anggaran Bulanan: Langkah pertama yang bisa kamu lakukan adalah membuat anggaran belanja bulanan. Tentukan prioritas pengeluaran yang benar-benar dibutuhkan, seperti kebutuhan pokok, tagihan, dan tabungan. Pastikan kamu mematuhi anggaran ini agar tidak tergoda untuk membeli barang-barang yang tidak penting.

  2. Tahan Diri dari Doom Scrolling: Salah satu pemicu utama doom spending adalah terlalu sering membuka media sosial. Untuk itu, cobalah untuk mengurangi waktu yang kamu habiskan untuk menelusuri media sosial, terutama saat kamu merasa tidak sedang dalam kondisi emosional yang stabil.

  3. Berlatih Menunda Keputusan Belanja: Jika kamu merasa tergoda untuk membeli sesuatu, cobalah untuk menundanya selama beberapa hari. Jika setelah beberapa waktu kamu masih merasa barang tersebut penting, barulah kamu bisa mempertimbangkan untuk membelinya.

  4. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
    Lihat Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun