Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

7 Alasan Mengapa KDRT Makin Marak Terjadi, Bagaimana Menyikapinya

16 Agustus 2024   21:31 Diperbarui: 16 Agustus 2024   21:42 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketergantungan ekonomi bisa membuat korban KDRT merasa terjebak dalam hubungan abusive. Banyak korban, terutama wanita, yang tidak memiliki penghasilan sendiri merasa terpaksa bertahan karena takut kehilangan dukungan finansial. Ketergantungan ini sering kali menghalangi mereka untuk melarikan diri dari situasi kekerasan. Kamu bisa membantu dengan mendukung pemberdayaan ekonomi, khususnya bagi perempuan, melalui pelatihan keterampilan dan akses kerja. Dengan kemandirian ekonomi, korban akan lebih mampu membuat keputusan yang mendukung kesejahteraan mereka dan keluar dari hubungan yang merugikan.

6. Minimnya Sanksi Hukum

Kurangnya sanksi hukum yang tegas sering kali membuat pelaku KDRT merasa bebas untuk melanjutkan tindakan kekerasan tanpa rasa takut. Ketika pelaku tidak merasakan adanya konsekuensi serius, mereka cenderung terus melakukan kekerasan. Selain itu, korban sering merasa enggan melaporkan kekerasan karena kekhawatiran tidak mendapatkan keadilan. Kamu bisa mendukung perubahan dengan mendorong reformasi hukum yang lebih ketat dan memastikan perlindungan hukum bagi korban. Dengan adanya penegakan hukum yang kuat dan adil, pelaku akan mendapatkan hukuman yang setimpal, dan risiko terjadinya kekerasan dapat diminimalkan.

7. Stigma dan Rasa Malu

Stigma sosial dan rasa malu sering membuat korban KDRT enggan untuk berbicara atau melaporkan kekerasan yang mereka alami. Ketakutan akan penilaian negatif dari masyarakat dan keluarga membuat mereka memilih untuk tetap diam dan bertahan dalam situasi berbahaya. Untuk membantu mengatasi masalah ini, penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan bebas dari stigma. Memberikan dukungan tanpa menghakimi kepada korban serta menyebarluaskan informasi yang menghilangkan stigma akan membuat mereka merasa lebih aman untuk mencari bantuan dan melaporkan kekerasan.

Kesimpulan

Mengatasi KDRT memerlukan tindakan nyata dari semua pihak. Dengan memahami penyebab utama mengapa KDRT marak terjadi dan mengetahui langkah-langkah konkret yang bisa diambil, kamu dapat berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung. Melalui pendidikan, pemberdayaan ekonomi, penegakan hukum, dan dukungan moral, kita bisa bersama-sama menghadapi dan mencegah kekerasan dalam rumah tangga. Komitmen kita untuk melawan KDRT tidak hanya melindungi korban, tetapi juga membangun masyarakat yang lebih sehat dan adil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun