Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Innan | Germo... Gelombang Rantai Motivasi

10 Agustus 2018   05:12 Diperbarui: 10 Agustus 2018   07:37 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kau dan aku...

Hal ini pragmatis bagai rangkaian pedang bermata dua

Kau bukan aku

Aku tidak seperti kau

Di penjara... melayang...

Tersegel, tapi itu seolah baik-baik saja

Kau tidak akan mengerti aku

Bahkan sebelum bertemu,

Kau telah terikat untuk menemukan aku

Mahkluk hidup, dapat terikat dengan berbagai hal

Hukum alam, aliran waktu

Bahtera yang dikenal sebagai tubuh,

Perasaan dikenakan sebagai pikiran...

Mereka adalah rantai alam

Pengikat semua mahkluk hidup

Berantaikan taju pedang...

Mereka adalah orang-orang yang dapat berbuat apapun

Tapi kau tahu, ada satu satu rantai yang bisa digunakan

Bagaimana orang-orang akan mendengar dan berpikir

Aku mempunyai lobi aneh...

Sebagai liliput cemas tentang apa yang dibicarakan orang-orang

Jadi, apakah aku benar-benar seorang manusia?

Apakah tiada kemungkinan di antara mereka bukan manusia?

Di mana berkumpulnya  juzuk-juzuk itu tertarik pada kehinaan

Keluaran gelombang penebas...

Kerbangkitan dan kejatuhan di permukaan air

Berundulasi dan osilasi

Gelombang lidah bersilat haus darah

Memainkan pedang yang naik dan turun, berjibaku...

Menjadi satu genggaman pengungkit,

Suatu hal akan tak terbantahkan oleh diri sendiri

Aku mencari dan menemukan...

Pengaturan tragis lenguhan pasrah

Menggeleparkan aku...

Sesak dan kembali tertebas,

Hatiku yang akan selalu diputar-putar

Kau pikir akan lebih dengan cara seperti ini

Kau berharap dengan cara ini adalah yang terbaik

Menjadi sasaran kepuasan jiwa pembantai

Karena aku hanya bantalan sampah yang terlayak

Terikat kuat dari rantai-rantai alam penghukum

Untuk tetap terdiam meskipun harus terluka

Kuasa pengikat merenda apapun di sini,

Hatiku sendiri tidak akan tahu, bagaimana aku terluka...

Aku tidak bisa ditemui...

Selain kau menemukan konaknya

Diriku yang terikat akan hal itu

Lalu, apa yang akan kau katakan tentang bilah pedang berantai,

Yang hanya dapat digunakan orang-orang berdaya seperti kau

Begitukah adanya kata-kata?

Membekas di benak...

Hal yang menemukan, gelombang kata-kata...

Begitu mereka terlepas dari mulut,

Mereka tidak dapat dikembalikan

Mereka memendamkan aku tidak bisa menjadi apa-apa

Tanpa disadari, membelitkan lagi rantai pengikat

Orang-orang seperti kau terus menebas menggunakan pedang

Kata-kata itu hidup...

Dan pada akhirnya, mereka akan mengikat jalan hidup seseorang

Pastilah lebih terjalin, jika pada wadah yang tepat mengungkap

Menjadi semangat yang menyengat

Rantai di lidah itu tidak hanya mengikat

Gelombang bushido menegangkannya menjadi pedang

Hanya mengatakan sesuatu yang menjadi ion positif atau negatif

Membuat suatu perbedaan,

Membuat suatu persamaan

Kata-kata... sungguhkah luar biasa?

Kata-kata memang luar binasa...

Mengikatkan rantai jati diri

Karena jeratan itu ada padaku

Naungan gelombang lidah yang kelu

Sementara pedang lebih kau genggam

Naungan gelombang lidah buaya

Kau dan aku...

Lidah kita berbeda...

Gelombang takdir kita di sisi yang berlainan

Kau bukan aku

Aku tidak seperti kau

Dirantai pembatas diri...

Digelangi lingkaran sendu...

Diikalungi catatan kematian...

Tapi itu seolah baik-baik saja

Frankincense (Purwokerto, 9 Agustus 2018)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun