Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Innan | Intervensi Pelukis Malam

2 Agustus 2018   01:09 Diperbarui: 2 Agustus 2018   01:08 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
frame.simplesite.com

Malam panas tak kunjung usai...

Jika aku masih tertahan di antara keramaian itu

Hawa dan nafsu yang semakin membuatku sesak

Embun pun enggan menghamparkan selimutnya

Namun kini, malam dingin seharusnya tidak usai...

Jika aku tersisih perlahan di antara keramaian itu

Rawa-rawa dan isu yang semakin membuatku nyenyak

Embun pun tak segan menghamparkan selimutnya

Wahai malam yang dingin...

Engkau memberiku kumparan yang sangat indah

Pada sepasukan bintang memaparkan geliat mereka mencercah

Menebarkan rona kesejukan di hati yang gundah

Wahai malam yang dingin...

Engkau memberiku tamparan yang sangat indah

Pada rona memerah purnama melemparkan sorot kaidah

Malamku tak lagi dirundung kegelapan lelah

Namun kini, apa gerangan langit pualam engkau...

Malamku kembali lebih menggigil di antara kesunyian ini

Kabut dan angin beku yang semakin melindas aku terdesak

Bintang-bintang dan rembulan tak lagi terpancar imutnya

Meringkuk di antara selimut tebal penusuk tulang

Wahai malam yang dingin...

Engkau mengejutkanku dengan tirai yang kelam

Pada selimut malam yang menjadi dinding bebal

Untuk sementara tersembunyi layar tancap musim panas

Di langit hanya tersisa intervensi yang membuatku gemetar

Wahai malam yang dingin...

Kini kau mengejutkanku dengan gerai yang menakjubkan

Pada langit yang kembali telanjang menjadi layar tancap di angkasa

Dalam kasus membaca; kabut mengintervensi rembulan,

Pada tertembaknya jalur mentari

Di langit kini terpajang...

Luar biasa...luar binasa...

Pesona rembulan yang lain dari biasanya

Nuansa lembayung menghiasi rona wajah pucatnya

Peluru senja di belantara bayangan sang ratu malam

Wahai malam yang dingin...

Kau melecutkanku dengan uraian yang kosmis dan ironis

Pada lukisan angkasa yang tersinkronisasi

Di langit tak terkata lagi intervensi pelukis malam itu

Hanya tersisa pemandangan yang membuatku terlontar

Frankincense (Purwokerto, 1 Agustus 2018)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun