Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kerusuhan Mei dan G 30 S, Hadiah Bom Waktu dari Dunia Teroris

13 Mei 2018   04:12 Diperbarui: 13 Mei 2018   05:01 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
franshare.blogspot.com

Dari melihat perkembangan ambisi yang tersembunyi dari perjalanan militer sejak 1945 hingga saat itu 1965, seperti yang juga banyak terjadi di negara lain untuk mengamankan visi dan misi mereka di mana kediktatoran militansi pun menjadi hasil dari ajang perebutan pengaruh kekuatan dan kekuasaan. Dengan  pandangan secara formal dan legal mulai melihat dari dugaan keretakan internal dari AD, kemudian perkembangan PKI di Indonesia, dan kiprah nasionalis Bung Karno di dalam negeri dan di dunia Internasional yang turut mempengaruhi hasil perebutan digdaya para pelaku perang dingin pun akan menjadi bom waktu yang segera meledak. 

Dengan memanfaatkan sesi permainan ancaman teror isu dewan jendral, para kepentingan terselubung pun mulai berancang-ancang.  Dan pergerakan berseragam Cakrabirawa menjadikan pembuka peristiwa G 30 S dan kebingungan masyarakat yang tersesatkan mendapati berita yang berbeda dari RRI oleh pihak-pihak yang bersangkutan pun menentukan pemenangnya secara tidak langsung dalam pancingan mutahir untuk meruntuhkan kharisma dan melunturkan kepercayaan pada Bung Karno dengan para birokrasi-aparat terpecah pada persepsi dan ambisi masing-masing di balik sudut pandang kebenaran melakukan kebijakan atas rakyat.

Setali tiga uang, maksud NASAKOM untuk menyatukan pruralisme secara Pancasila dari berbagai ideologis yang semakin berkembang dalam keberagaman  pun menjadi bumerang untuk memecah-belahkannya. NASAKOM oleh para oknum pun justru menjadi ajang untuk membelah dan saling memperkuat pengaruhnya masing-masing. 

Dengan peristiwa G 30 S jelas membuktikan hal tersebut, kenasionalisan ala Soekarnois pun menjadi runtuh dan di balik keorganisasian agama dan militer yang terkontaminasi politik praktis pun menjadi hasil dari kebenaran yang memberantas, sedangkan Komunis yang saat itu cenderung memperhatikan kaum proletar seperti para buruh dan tani menjadi kambing hitam kemudian di anggap juga memprakarsai Bung Karno untuk membentuk angkatan ke 5 dan sangat ingin diruntuhkan para moderat kapitalis untuk mengibarkan imperialisme modern dalam modus liberalis. 

Apalagi kaum komunis di Indonesia saat itu merupakan yang terbesar ketiga di dunia setelah Uni Soviet dan Cina. Ditambah lagi gerakan non-blok yang dicanangkan Bung Karno dan pemimpin lainnya yang mempersempit jarak dan pengaruh dunia materialistis untuk kembali meneruskan kejayaan revolusi industri pasca perang dunia karena biaya perang yang membengkak. 

Hasilnya cadangan emas yang dikatakan terbesar di dunia yang berada di Indonesia pun menjadi jaminan hasil peneror untuk semakin memegang kendali perekonomian dunia dari perputaran modal yang sudah semakin memperkaya mereka salah satunya dengan mendalangi secara terselubung berbagai peperangan di dunia hingga kini.

Dengan adanya Kerusuhan Mei 20 tahun yang lalu menjadikan semakin kuatnya dunia teroris dalam permodalan membangun sekaligus meruntuhkan apa yang mereka inginkan dari pembacaan zaman. Tak juga Alqaeda, ISIS pun menjadi bagian dari tameng keambisiusan dalam mengendalikan dunia dari berbagai kepentingan para generator kapital imperialis dalam sistem yang diperkuat semenjak zaman Knight Templar. 

Dari semua itu, Kerusuhan Mei meledakkan bom waktunya dari indikasi kehidupan orde baru yang semakin tidak demokratif dan semakin aristokratif. Belum lagi di Timur Tengah juga memperbaharui jaringan ninja mereka dengan kemunculan Alqaeda. Milienium ke dua masehi pun disambut dalam berbagai kejenuhan negara yang masih terkontradiktif oleh pengaruh asing yang memecah belah persatuan dan kesatuan suku dan bangsa di mana untuk sesuap nasi menjadi sesuap peluru.

Secara tak kasat perhatian, Kerusuhan Mei pun menjadi ajang penyusupan para pengembang jaringan teroris internasional untuk berkesempatan di euforia Reformasi. Dengan diawali serangan 11 September 2001, mulailah Indonesia juga mengawali Milenium baru dengan era baru yang dihiasi oleh ledakan bom. 

Secara umum, baik di negara mayoritas maupun minoritas, kaum miskin memiliki keluhan yang sama, yaitu merasa terpinggirkan dan ini membuat mereka rentan dari hasutan, provokasi kelompok ekstrem, serta kemudian menjadi masalah besar bagi pemerintah-pemerintah di kawasan terdampak terorisme tersebut pada era pasca-kolonialisme. Perasaan terpinggirkan ini pula yang memperkuat peran pengaruh kesektean sebagai perekat sekaligus media dalam mengekspresikan identitas mereka. Manifestasinya di antaranya adalah dengan mengenakan simbol-simbol dari jazirah tempat sekte-sekte berasal yang mereka anggap sebagai representasi dan kemurnian jiwa.

Serangan-serangan teror besar seperti Bom Bali dan Bom Marriot jelas ada kaitannya dengan jaringan terorisme internasional Alqaeda pimpinan Osama Bin Laden. Tidak heran masyarakat mengganggapnya sebagai pesanan asing untuk menghancurkan kestabilan domestik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun