Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Stanza di Ujung Maut (Stadium)

27 November 2017   10:10 Diperbarui: 5 Januari 2018   17:54 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
INNAN (in anthology) by Frankincense

Suatu bait terkembang di racau sekarat

Kacau balau...

Kumparan jiwa tak sepenggalah mentari

Sinarmu tiada terpancar hangat seawal pagi

Semakin redup dan teduh kegelapan menghampiri

Naungan kebekuan angin menghujam

Menyayatkan dingin nadi menggigil pucat

Jemari maut mengulurkan persahabatan                                                      

Menarik langkah ke dalam stadium...

Stadium I...

Kepercayaan dasar lawan ketidakpercayaan dasar

Dari lahir sampai terhenyak semayam eksotis

Krisis pertama yang harus dihadapi diri terkutuk

Mulut rayi merupakan zona paling sensitif

Tiada kata mengungkap bahasa kalbu seketika

Kelak ia tak punya kepercayaan terhadap dunia

Dunia menolak dan tak bisa memenuhi kebutuhan emosionalnya

Stadium II...

Usia maut mulai menahun

Otonomi tak kasat lawan rasa malu dan ragu

Bahasa mana bisa terlogika diujar kata

Beragam ilusi yang tak wajar

Intuisi rasa penguasaan siapa

Terhadap diri dan dorongan instinknya sendiri

Pilihan untuk menahan atau melepas

Tertanam benak untuk berjalan sendiri

Tertimbun kata tiada bicara sebebasnya

Stadium III...

Usia maut menahun pesat

Inisiatif lawan rasa bersalah

Terkutuk akan tertarik dari mencintai

Dunia yang berbeda dengan dirinya

Terkutuk jatuh mengemban rasa bersalah

Pelampiasannya kelak pada agresivitas

Pada kejanggalan penghargaan dunia menghukumnya

Stadium IV...

Usia maut menahun lekat

Industri tak kasat lawan inferioritas

Ini adalah masa keemasan eksotisme

Stadium latensi dari pengutuk

Dorongan kehidupan terhenti

Diganti dengan interaksi halus sisi dunia

Bergaul dengan produksi industri maut

Akhirnya...konsekuensi kegagalan

Stadium V...

Usia maut menjemput sampai akhir masa

Identitas lawan difusi peran

Terkutuk berusaha mendapatkan identitas diri

Yang mantap, yang sesungguhnya

Manifestasi maut

Padam sudah...

Dalam keremangan kepulan asap

Sisa nyala api mengobar nafas

Telah nyata uluran maut

Akhirnya...pergi menuju keabadian

Frankincense (Purwokerto, 9 Januari 2017)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun