Danau tersebut kita sebut dengan istilah "pond". Ukuran satu danaunya bisa mencapai 7000 m2, itulah keadaan eksistingnya.Â
Sekarang developer mesti mengambil keputusan, apakah keempat danau tersebut akan dipertahankan atau ditimbun dan dijadikan "saleable area".Â
Dan kebetulan posisi danau tersebut berada di posisi agak ke tengah bukan di pinggiran tapak.Â
Setelah diskusi internal akhirnya diputuskan untuk menimbun danau tersebut supaya tanahnya menjadi lebih efektif dan bisa dijual.Â
Memang biaya urug danau terbilang cukup mahal tetapi biaya tersebut bisa ditutupi dengan harga jual.Â
Oleh sebab itu konsep yang diusung memang harus bagus. Tidak ada konsumen yang mau mengeluarkan uang lebih untuk sesuatu yang tidak ada nilai tambahnya.
Ternyata tidak semua danau yang ada dapat diurug atau ditimbun. Kenapa?Â
Karena kalau ditimbun semua, maka air yang biasanya menuju ke tanah tersebut tidak mempunyai muara lagi akhirnya "pergi" ke tetangga sekitar.Â
Nah, ini yang tidak diinginkan karena ujung-ujungnya akan terjadi konflik sosial antar developer dan tetangga. Jadi solusinya seperti apa?
Dari empat danau yang ada, tiga danau ditimbun dan satu danau dipertahankan serta dicarikan posisi yang paling tidak efisien. Tetapi volume danau ini dihitung sedemikian rupa sehingga volume satu danau ini setara dengan empat danau sebelumnya. Hal ini dilakukan biar tidak terjadi banjir seketika di lingkungan sekitar.Â
Kita menyebut satu danau ini sebagai "retention pond". Pond (danau atau kolam) ini tidak menjamin, bahwa tidak akan terjadi banjir lagi.Â