Bagi Stoik, kebahagiaan tidak bergantung pada faktor eksternal, melainkan pada cara kita menghadapi situasi. Prinsip penting dalam ajaran ini adalah bahwa meskipun kita tidak dapat mengendalikan apa yang terjadi pada kita, kita dapat mengendalikan bagaimana kita bereaksi terhadapnya.Â
Oleh karena itu, Stoikisme mendorong kita untuk berfokus pada sikap mental dan reaksi kita sendiri, bukan pada keadaan luar.
Stoikisme juga membahas peran emosi dalam mencapai kebahagiaan. Kaum Stoik percaya bahwa emosi yang berlebihan---seperti kemarahan, ketakutan, atau kesedihan---harus dihindari karena dapat mengganggu ketenangan batin. Sebaliknya, mereka menganjurkan ataraxia, yaitu ketenangan pikiran yang diperoleh dari menerima dunia sebagaimana adanya. Ini bukan berarti Stoik tidak merasakan emosi, mereka tetap merasakan emosi, namun berusaha menghindari pengaruh negatif yang berlebihan dari emosi tersebut.
Ajaran Stoik dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui latihan pengendalian diri, kesederhanaan, dan kesadaran penuh---atau mindfulness. Misalnya, Stoikisme mengajarkan kita untuk berhenti sejenak, merenung, dan memilih tindakan yang paling bijaksana daripada bereaksi secara impulsif dalam situasi yang menegangkan.
Seneca dan De Vita Beata (On the Happy Life)
Salah satu tokoh Stoik terbesar dalam sejarah Romawi adalah Lucius Annaeus Seneca, yang dikenal sebagai Seneca Muda. Ia bukan hanya seorang filsuf, tetapi juga seorang negarawan dan penulis yang produktif.Â
Dalam salah satu karya terbesarnya, De Vita Beata (Tentang Kehidupan yang Bahagia), Seneca membahas konsep kebahagiaan dari sudut pandang Stoik.
Seneca berpendapat bahwa hidup yang bahagia tidak identik dengan kehidupan yang dipenuhi kemewahan dan kesenangan. Dalam De Vita Beata, ia menegaskan bahwa kebajikan adalah satu-satunya jalan menuju kebahagiaan sejati. Menurutnya, kebahagiaan yang hakiki didasarkan pada kebijaksanaan dan kemampuan untuk mengendalikan diri.
Seneca mengemukakan bahwa kebahagiaan sejati diperoleh dari dalam diri kita melalui penerimaan dan kebijaksanaan, bukan dari faktor eksternal. Salah satu kutipan penting dari De Vita Beata menyatakan, "Orang yang hidup selaras dengan kebajikan tidak membutuhkan apapun dari luar dirinya untuk merasa puas."
Selain itu, buku ini tetap relevan dalam kehidupan modern, di mana banyak orang terus-menerus mengejar kebahagiaan melalui hal-hal yang bersifat eksternal, seperti hiburan, status sosial, dan kesuksesan finansial. Seneca mengingatkan kita bahwa semua hal tersebut tidak dapat memberikan kebahagiaan sejati, karena sifatnya yang sementara.Â
Yang lebih penting adalah kesederhanaan dan integritas dalam diri kita.