Ada sebuah cerita inspiratif yang memberikan gambaran kepada kita, bagaimana kita menjalani hidup ini dengan mencukupkan diri kita. Mencukupkan dengan apa yang kita miliki, mensyukuri apa yang Tuhan berikan kepada kita. Ketika kita tidak tahu mengucap syukur kepada Tuhan, serta tidak mampu mencukupkan diri dengan apa yang kita punya, maka suatu waktu kita akan menyesal. Cerita ini diambil dari kisah seekor serangga yaitu Lipan.
Pada mulanya seekor lipan adalah serangga yang memiliki 4 kaki.
Setiap hari ia berburu serangga lain yang lebih kecil darinya, namun ia melihat serangga lain memiliki 6 kaki, rasa iri hati nya mulai muncul.
Ia kemudian berdoa kepada Tuhan, agar ia di beri kaki lebih banyak, supaya ia bisa menangkap serangga lebih banyak, akhirnya doa itu pun di kabulkan,
Kini lipan tersebut  memiliki 8 kaki.
Suatu hari ia melihat laba-laba yang memiliki 8 kaki dan bisa memburu serangga lebih banyak darinya,  laba-laba itu menjerat mangsanya dengan jaring-jaring yang ia  miliki.
Lipan itu pun berpikir dalam hatinya, "Ini tidak adil... Seandainya aku memiliki lebih banyak kaki, tentunya aku bisa mendapatkan hasil lebih banyak", ungkapnya dalam hatinya.
Ia pun kembali memohon kepada Tuhan, agar kakinya di tambah.
Tuhan pun mengabulkan doanya, sehingga sekarang lipan tersebut memiliki 22 kaki, namun karena jaraknya terlalu rapat, kaki yang satu menghalangi gerak kaki yang lain.
Melihat apa yang terjadi dalam dirinya, lipan tersebut pun menyesal.
Kini ia tak lagi bisa berlari dan melompat dengan cepat, ia memohon lagi pada Tuhan agar ia di kembalikan seperti semula, agar ia bisa leluasa untuk bergerak dan mencari mangsa.
Tetapi Tuhan tidak lagi mengabulkan permohonan lipan tersebut, sehingga lipan itu memiliki 22 kaki sampai sekarang.
Ketika cerita ini ditarik kedalam kehidupan manusia, manusia sering sekali berperilaku seperti lipan tersebut. Tak pernah puas dan selalu menginginkan lebih adalah sifat alami manusia, terlebih ketika membandingkan dirinya dengan orang lain yang lebih dari dirinya.
Iri hati dan ketamakan sering sekali menguasai diri manusia, akhirnya tak hanya dirinya sendiri yang hancur, bahkan orang lain pun juga bisa menjadi korban.
Marilah kita belajar mengendalikan diri. Belajarlah merasa cukup dengan apa yang kita miliki,
Tak perlu memaksakan diri untuk bisa seperti orang lain.
Apapun yang orang lain dapat adalah hasil dari benih yang sudah mereka tabur sebelumnya,
Menaburlah jika kita menginginkan lebih, janganlah tamak.
Ingatlah bahwa segalanya adalah milik Tuhan, yang dia berikan pada manusia sesuai dengan porsinya masing-masing
Bahkan dialam Kitab suci pun kita diajarkan untuk berjaga-jaga dan waspada terhadap segala ketamakan. Â "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H