Ketika mendengar pernyataan Edy Mulyadi (EM) dalam konferensi persnya yang menyebut lokasi tempat ibu kota yang baru sebagai tempat jin buang anak, ditambah lagi oleh Azam Khan yang mengatakan hanya monyet yang mau tinggal di sana, saya langsung teringat dengan salah satu tokoh dalam Kitab Suci.
Natanael namanya. Dikisahkan suatu kali Filipus bertemu dengannya dan berkata: "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam Kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret."
Mendengar perkataan Filipus, Natanael langsung mengajukan sebuah pertanyaan sinikal: "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?"
Mendengar pertanyaan Natanael itu, Filipus hanya berkata: "Mari dan lihatlah!"
Nazaret itu hanyalah sebuah kota kecil. Tidak terkenal. Tidak heran kemudian Natanael menjadi sinis ketika mendengar Mesias yang akan datang, yang telah disebut Musa dalam Kitab Taurat dan telah dinubuatkan para nabi, berasal dari Nazaret.
EM cs nampaknya berada seposisi dengan Natanael. Mengetahui bahwa ibu kota yang baru akan dipindahkan ke Kalimantan - sebuah pulau yang dalam benak mereka hanya hutan belantara dan hanya monyet yang mau tinggal di sana -- mereka pun memandang rendah dan hina.
Bila hendak dirumuskan seturut pertanyaan Natanael, mereka mau bertanya: "Mungkinkah sesuatu yang baik itu datang dari Kalimantan?"
Sejujurnya, terlalu sukar bagi otak saya untuk menemukan keterkaitan antara penolakan terhadap pemindahan ibu kota ke Kalimantan dengan penghinaan terhadap martabat masyarakat yang hidup di sana.
Pemindahan ibu kota baru ke Kalimantan adalah keputusan pemerintah dan DPR. Bukan kemauan dan keputusan masyarakat Kalimantan. Jangan dikira pemindahan ibu kota ke Kalimantan disambut dengan gegap gempita oleh masyarakat di sana. Termasuk juga oleh masyarakat Dayak yang ada di Kalimantan Timur.