Mohon tunggu...
Gregorius Nyaming
Gregorius Nyaming Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hanya seorang anak peladang

Seorang Pastor Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk Keuskupan Sintang. Sedang menempuh studi di Universitas Katolik St. Yohanes Paulus II Lublin, Polandia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyigi Pemuliaan Harkat dan Martabat Kaum Perempuan dalam Kearifan Berladang Suku Dayak Desa

21 Agustus 2021   05:33 Diperbarui: 22 Agustus 2021   18:31 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keduanya sekaligus membentuk satu kesatuan dan hanya dalam kesatuan itu menjadi gambar dan citra Allah. Kesetaraan merujuk pada kesamaan derajat, sementara kesatuan menunjukkan kesalingbergantungan yang hakiki.

Rasul Paulus juga menulis dengan tegas: "Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus" (Gal 3:27-28).

Partisipasi Kaum Perempuan dalam Kehidupan Gereja, Sosial dan Publik

Mengakui bahwa perempuan itu setara dengan laki-laki memang sangat penting. Tapi hanya sampai pada pengakuan belumlah cukup. Bagi Paus Yohanes Paulus II pengakuan yang terbuka akan martabat perempuan ini merupakan langkah awal untuk mendorong partisipasi penuh dari kaum perempuan dalam kehidupan Gereja, juga dalam kehidupan sosial dan publik. Hal ini beliau tegaskan dalam Anjuran Apostolik Cristifideles Laici (Tentang Panggilan dan Tugas Kaum Awam di dalam Gereja dan Dunia, no. 49).

Pengakuan akan martabat luhur kaum perempuan dan dorongan untuk melibatkan mereka dalam tugas kerasulan Gereja tak pernah luput dari perhatian para Uskup se-Asia. Hal ini berangkat dari keprihatinan para Uskup terhadap nasib kaum perempuan yang masih sering mengalami kekerasan dan diskriminasi.

Hal senada juga diserukan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostoliknya Ecclesia in Asia (Gereja di Asia). Bapa Suci mengatakan, "Gereja di Asia hendaklah lebih nyata dan efektif menegakkan martabat dan kebebasan kaum wanita dengan mendorong peran mereka dalam perihidup Gereja, termasuk hidup intelektual mereka, dan dengan membuka bagi mereka peluang-peluang yang makin besar, agar hadir dan aktif dalam misi cintakasih dan pelayanan Gereja" (no. 34).

Dalam Sidang Paripurna IV di Tokyo, Jepang, yang mengambil tema "Panggilan dan Misi Kaum Awam dalam Gereja dan dalam Dunia", masalah tentang kaum perempuan menjadi salah satu perhatian para uskup. 

Di satu sisi, para uskup se-Asia mengakui kontribusi yang signifikan dari kaum perempuan dalam bentuk beragam pelayanan seperti mengajar, menyembuhkan, memberi katekese, pengorganisasian, dan sebagainya. 

Namun, di sisi lain, para uskup juga tidak menutup mata terhadap tragedi kemanusiaan yang menimpa kaum perempuan. Martabat mereka seringkali direndahkan dan diinjak-injak dan didominasi dalam banyak cara.

Oleh karena itu, para uskup melanjutkan dengan menegaskan bahwa seorang perempuan adalah pribadi manusia yang integral, tidak peduli apa ras, golongan, suku atau agama yang dimilikinya. Ia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Baginya juga diberikan panggilan ilahi untuk bertanggung jawab atas dunia yang telah diciptakan (Kej. 1:27).

Wasana Kata. Begitulah masyarakat Dayak menjadikan ladang sebagai panggung untuk mementaskan peninggian dan pemuliaan harkat dan martabat kaum perempuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun