Mohon tunggu...
Gregorius Nyaming
Gregorius Nyaming Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hanya seorang anak peladang

Seorang Pastor Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk Keuskupan Sintang. Sedang menempuh studi di Universitas Katolik St. Yohanes Paulus II Lublin, Polandia.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menulis di Kompasiana sebagai Estetika Eksistensi

16 Agustus 2021   16:43 Diperbarui: 16 Agustus 2021   17:39 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemikiran Foucault rasanya selaras dengan aktivitas kita menulis di Kompasiana ini. Bahwa masing-masing kita memiliki tujuan dan motivasi berbeda dalam menulis, itu merupakan satu hal yang tak terbantahkan. Akan tetapi terlepas dari perbedaan itu, satu hal yang pasti ialah dengan menulis kita sedang membentuk satu tipe atau model diri (mode of being).

Proses pembentukan model diri itu, oleh setiap individu ditempuh dengan cara yang unik dan spesial seturut minat, keprihatinan ataupun bakat yang telah Tuhan anugerahkan. Dalam hal ini, dengan menyediakan beragam KATEGORI, Kompasiana telah menyediakan ruang yang sangat luas untuk kita dalam membentuk dan membangun diri secara terus-menerus.

Meski tersedia ruang yang sangat luas bagi kita untuk mengekspresikan diri sebagai jalan pembentukan subjek, bukan berarti kemudian kita menjadi individu yang hanya mengikuti nafsu dan keinginan diri semata.

Ada aturan dan norma yang harus tetap kita taati. Kompasiana sudah menuangkannya secara jelas dalam SYARAT DAN KETENTUAN, khususnya dalam hal KETENTUAN KONTEN no. 11.4, yang berbunyi:

Dengan mendaftar di Kompasiana, Kompasianer memahami dan setuju untuk tidak menggunakan, menempatkan, mengunduh, menautkan, melekatkan dan atau menayangkan Konten yang: Menghina, menyinggung, melecehkan, merendahkan, mengintimidasi, memicu pertentangan dan/atau permusuhan individu atau kelompok berdasarkan Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA), jenis kelamin, orientasi seksual, usia, atau cacat fisik.

Dengan menaati S & K tersebut, kita sedang berada pada jalur yang tepat dalam proses pembentukan diri. Atau dalam bahasa Foucault, kita sudah menjadi pribadi yang tidak hanya memperhatikan diri sendiri dengan baik, tapi juga memperhatikan orang lain.

Betapa pun penting untuk selalu memperhatikan dan menaati S & K dari Kompasiana, aktivitas kita dalam menulis semestinya ditempatkan dalam prinsip proses sebagaimana dipikirkan oleh Foucault. Artinya, proses pembentukan dan pengembangan diri tidak mengenal titik istirahat.

Dalam bahasa Engkong Felix dalam artikelnya "Matinya Seorang Penulis" (K 1/10/2020), seorang penulis akan dikatakan mengalami kematian pada saat dia berpikir telah selesai menulis setelah mengakhiri suatu tulisan dengan paragraf penutup.

Eksistensi kita sebagai manusia memang merupakan sebuah proses menjadi. Menjadi manusia itu pertama-tama bukan soal "memiliki" (having), melainkan yang terpenting ialah "menjadi" (becoming).

Bila "memiliki" yang menjadi penekanan atau pencarian utama dalam hidup, orang bisa menjadi begitu egois dan serakah untuk mendapatkan apa yang ia ingin miliki. Sebaliknya, bila "menjadi" yang ditempatkan sebagai prioritas, orang akan menjalani hidup sebagai sebuah proses pengolahan diri secara terus-menerus.

Dalam proses pengolahan diri itu, makna "menjadi" akan ditemukan bila orang tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tapi selalu terbuka akan kepahitan, kegelisahan, keputusasaan, penderitan yang dialami orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun