Mohon tunggu...
Gregorius Nyaming
Gregorius Nyaming Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hanya seorang anak peladang

Seorang Pastor Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk Keuskupan Sintang. Sedang menempuh studi di Universitas Katolik St. Yohanes Paulus II Lublin, Polandia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Di dalam Tuak Itu Ada Hidup dan Cinta

17 November 2020   17:59 Diperbarui: 19 November 2020   03:42 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis disambut umat dengan meminum tuak dalam salah satu kesempatan kunjungan ke sebuah paroki. Dokpri.

Bergeser ke pengalaman kehidupan agraris masyarakat adat Dayak Desa. Di sini kita akan melihat betapa tuak turut berperan dalam mendatangkan kehidupan bagi para petani. Penggunaanya dalam beberapa ritual adat diyakini akan bisa mendatangkan hasil panen yang baik bagi para petani.

Saya ambil contoh ketika warga hendak mulai menanam padi (nugal). Sebelum nugal dimulai warga akan berkumpul di suatu tempat. Ritual dipimpin oleh kepala keluarga yang empunya ladang atau yang mewakili.

Pemimpin ritual pertama-tama memukulkan bambu ke tanah sebagai tanda memanggil Puyang Gana, Sang Penguasa Tanah sambil mengucapkan kata-kata berikut:

O Puyang Gana...
Lihatlah, kami mau mulai menanam.
Kami mohon padi kami subur,
masa depan kami senang,
hidup kami nyaman

Benih-benih yang akan ditanam lalu diperciki dengan darah ayam. Pemercikan dengan darah ayam adalah tanda bahwa benih-benih itu sudah diberkati dan siap untuk ditabur.

Ritual kemudian dilanjutkan dengan membuat pegelak (sesajen). Pembuatan sesajen ini merupakan salah satu syarat yang tak boleh diabaikan. Lewat sesajen, warga menghaturkan persembahan kepada Sang Petara sekaligus juga memohonkan berkat atas ladang yang sebentar lagi akan ditanami.

Dari sekian banyak bahan sesajen yang dipersembahkan, tuak adalah salah satu yang tak boleh dilupakan.

Contoh lain yang mau memperlihatkan betapa besarnya peran tuak bagi orang Dayak ialah saat pesta syukur selesai panen (Gawai). Karena ini pesta syukur, jangan terlalu cepat menilai kalau di sini tuak hanya digunakan untuk pesta pora. Di sini, tuak kembali dimasukkan sebagai bahan utama sesajen yang dipersembahkan kepada Petara Yang Agung.

Ketika Gawai tiba, khusus bagi kami Dayak Desa, setiap keluarga akan membuat pegelak (sesajen). Ada dua buah sesajen yang disiapkan. Keduanya akan disimpan di dalam lumbung padi.

Setelah beberapa saat, sesajen yang satu akan diambil dan kemudian dimakan bersama oleh seluruh anggota keluarga. Sementara yang lain tetap disimpan dalam lumbung sebagai bentuk syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang telah didapat.

Tuak juga dihidangkan kepada para tamu yang datang. Ini menjadi simbol ungkapan cinta dari tuan rumah. Sekaligus sebagai bentuk harapan agar tahun-tahun berikutnya ladang mereka akan menghasilkan panen yang berlimpah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun