Kedua, karena alam itu memberikan kehidupan, maka manusia tidak boleh serakah dalam menggarapnya. Masyarakat adat Dayak Desa menyadari betul akan besarnya manfaat alam bagi keberlangsungan hidup mereka.
Karena itu, agar manfaat itu bisa terus dirasakan dan relasi harmonis dengannya bisa terus terpelihara, mereka menggarap lahan perladangan secara beraturan dan bertanggung jawab (beradat). Penggarapan itu juga dilakukan dengan memperhatikan serta menghormati hak-hak sesama atas tanah dan air.
Dan yang tak pernah boleh diabaikan, mereka harus memperhatikan tanda-tanda alam, lewat mana Yang IIahi menyampaikan pesan, apakah lokasi tertentu boleh digarap atau tidak. Bagian-bagian tertentu dari hutan atau lahan tidak pernah bisa digarap, apabila dianggap tidak direstui oleh Yang Ilahi.
Poin kedua di atas menjadi penting untuk diperhatikan. Terlebih lagi ketika dihadapkan pada fakta masifnya deforestasi di Kalimantan. Saya tidak mau berpanjang lebar mengurai fakta yang menyedihkan tersebut.
Cukup saya mengutip dari laman https://www.mongabay.co.id yang dalam salah satu artikel yang berjudul "Sepertiga Hutan Kalimantan Rusak Sejak 1973", menyatakan: "Hasil dari sebuah penelitian terbaru menunjukkan lebih dari 30 persen dari hutan tropis Kalimantan telah hancur selama 40 terakhir akibat kebakaran, industri penebangan kayu dan industri perkebunan." (klik di sini).
Kalaupun ada yang masih merasa ragu dengan fakta tersebut, lihat saja gambar di atas yang saya jadikan ilustrasi untuk artikel ini. Tanpa bantuan para ahli, kita sudah bisa membaca dan menarik kesimpulan betapa menyedihkannya situasi hutan Kalimantan.
***
Bahwa apakah adanya fenomena pederak menjadi bukti kalau alam itu memiliki kekuatan mistis, tentu saja masih terbuka ruang untuk diskusi. Mereka yang menamakan diri kaum intelektual bisa dengan leluasa mempelajari kearifan-kearifan lokal dalam komunitas-komunitas asli.
Namun satu hal yang harus mereka garis bawahi, kearifan lokal yang memiliki karakter lekat dengan locus (tempat), tidak sekadar mengatakan sudut pandang geografis.