Namun menurut kepercayaan suku Dayak Desa, ada dua lokasi yang bisa mendatangkan pederak, yakni lokasi pekuburan dan gupung (dikategorikan sebagai tanah pamali karena menjadi lokasi makam para leluhur).
Bagaimana mengatasi atau mengobati orang yang mengalami pederak? Menurut orang kampung sakit karena pederak ini masih tergolong ringan. Karena itu, mereka tak perlu mengeluarkan biaya untuk pergi ke dokter atau mantri. Cukup dengan mendatangi orang-orang tua, sakit yang diderita bisa menjadi sembuh. Â
Cara pengobatannya pun sangat sederhana. Cukup dengan meminum air putih + garam yang sudah dijampi-jampi, atau hanya dengan membuat tanda salib pada pusar, maka penyakit akan sembuh. Tentu saja tidak dengan serta-merta.
Secepat dan sesederhana itu memang analisa dan pengobatan yang dilakukan oleh orang kampung terhadap mereka yang mengalami pederak.
Akan tetapi, sesungguhnya ada pesan penting di balik kesederhanaan cara berpikir masyarakat adat terkait dengan fenomena pederak ini. Saya pernah menulis tentang fenomena palit dan kempunan (Sila klik di sini).
Untuk sekadar mengingatkan, kempunan adalah kondisi di mana seseorang mengalami nasib sial karena tidak mencicipi atau menyentuh (palit) makanan/minuman yang ditawarkan oleh orang lain kepadanya.
Barangkali agak sulit bagi beberapa orang untuk meyakini adanya hubungan sebab-akibat antara palit dan kempunan. Dengan kata lain, musibah atau kemalangan yang menimpa seseorang terjadi karena ada faktor lain yang menyebabkannya, misalnya karena kelalaian orang tersebut.
Namun terlepas dari ada tidaknya hubungan sebab-akibat itu, terkandung sebuah pesan yang sangat dalam ketika orang menyuruh kita palit. Yakni sebagai bentuk penghormatan, ungkapan cinta yang tulus murni kepada kita. Juga sebagai ungkapan doa demi kebaikan dan keselamatan hidup kita.
Begitupun dengan pederak. Pastilah ada dari antara kita yang melihat adanya ketidaklogisan seseorang yang baru saja pulang dari dalam hutan lalu tiba-tiba menjadi sakit. Namun seperti fenomena palit dan kempunan, fenomena pederak sesungguhnya juga mau mewartakan beberapa pesan terkait dengan perlakuan manusia terhadap alam.
Pertama, agar manusia bersikap baik dan sopan ketika memanfaatkan atau bersentuhan dengan alam. Orang Dayak yakin bahwa alam itu memiliki "roh", "jiwa" tertentu yang memberikan kehidupan kepada manusia. Maka dari itu harus dihormati.
Oleh karena itu pula perilaku manusia harus baik dan sopan dalam memanfaatkan alam atau ketika harus bersentuhan dengan alam. Rasa hormat diungkapkan dengan sikap dan tutur kata yang sopan dan santun, serta lewat upacara atau ritual adat.