Tentu praktek adat ini masih menyisakan soalan yang dapat didalami lebih lanjut. Semisal, mengapa kedua adat ini hanya berlaku untuk anak-anak? Bukankah yang namanya penyakit itu bisa menyerang siapa saja tanpa memandang usia?
Tafsiran ringan saya mengatakan kalau keberadaan kedua adat ini merupakan bentuk kasih sayang terdalam dari moyang terhadap cucu-cicit mereka. Dan juga, sebagai bentuk keterlibatan spiritual para nenek moyang dalam menjaga eksistensi sebuah komunitas masyarakat adat.
Anak-anak merupakan generasi penerus. Merekalah yang nantinya akan mewarisi, merawat dan menghidupkan kekayaan tradisi dan budaya masyarakat adat setempat. Untuk tujuan tersebut, segala sesuatu yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan mereka sedapat mungkin harus dihindarkan. Dalam konteks inilah kita dapat memahami mengapa kedua upacara adat ini masih dipertahankan oleh masyarakat suku Dayak Desa sampai hari ini.
Salam budaya.
GN, Polandia, 4 September 2020
Terkait:
kompasiana.com/francisnyaming9484
kompasiana.com/francisnyaming9484
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H