Mohon tunggu...
Gregorius Nyaming
Gregorius Nyaming Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hanya seorang anak peladang

Seorang Pastor Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk Keuskupan Sintang. Sedang menempuh studi di Universitas Katolik St. Yohanes Paulus II Lublin, Polandia.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kita Hidup, Harusnya Menjadi Manusia bagi Sesama, Bukan Menjadi Tuhan: Sejenak Berfilsafat

3 September 2020   16:56 Diperbarui: 3 September 2020   16:59 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshot | dokpri

Izinkan saya membagikan kisah tentang belas kasih dan pengampunan Tuhan itu. Kisah ini tertulis dalam Buku Suci yang menjadi terang dan pelita bagi hidup umat Kristiani. Kisah ini terdapat dalam Injil Yohanes 8:2-11.

Suatu pagi Yesus sedang berada di Bait Allah untuk duduk dan mengajar mereka yang datang kepada-Nya. Lalu, datanglah ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.

Menurut hukum Taurat perempuan tersebut harus dihukum dengan dilempari batu. Mereka bertanya kepada Yesus apa pendapat-Nya tentang hal tersebut. Yesus sama sekali tidak memberi jawab. Dia hanya membungkuk lalu menulis dengan jarinya di tanah.

Tapi, mereka terus-menerus mendesaknya untuk memberi jawaban. Ia pun bangkit berdiri dan berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."

Mendengar perkataan itu, seorang demi seorang dari mereka pergi mulai dari yang tertua.

Tinggallah kemudian Yesus seorang diri bersama perempuan tersebut. Yesus berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau? Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."

Sekarang ini, kita sedang berada di perahu yang berbeda, tapi mengalami badai yang sama, yakni pandemi Covid-19. Semoga wabah ini semakin membuat kita menjadi manusia bagi sesama dengan solider dan peka terhadap penderitaan orang lain.

Filsuf Ren Descartes berkata: "Saya berpikir, maka saya ada." Karena dengan berpikir saja tidak cukup bagi kita untuk bereksistensi, maka kita harus menambahkan: "Saya mencinta, maka saya ada."

Salam.

GN, Polandia, 3 September 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun