Mohon tunggu...
Gregorius Nyaming
Gregorius Nyaming Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hanya seorang anak peladang

Seorang Pastor Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk Keuskupan Sintang. Sedang menempuh studi di Universitas Katolik St. Yohanes Paulus II Lublin, Polandia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Uniknya Upacara Pemberian Nama Anak Secara Adat dalam Suku Dayak Desa

30 Agustus 2020   14:53 Diperbarui: 31 Agustus 2020   16:05 1138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah nama disampaikan kepada pemimpin, upacara kembali dilakukan dengan tata cara yang sama. Mantra pun selesai dilafalkan. Buah pinang yang telah dibelah kembali dilemparkan di atas permukaan piring. Dan apa yang terjadi? Kedua belah pinang berada dalam posisi yang satu telentang dan yang satunya lagi dalam posisi telungkup.

Semua yang hadir bersorak kegirangan. Mereka merasa lega setelah sempat melewati proses pencarian nama yang cukup alot. Sekarang keponakan saya sudah mempunyai nama kampung atau nama belah pinang, yakni Apong. Sedangkan nama Kristianinya ialah Carolina Kaila Vianney. Apong sendiri merupakan nama ibu dari salah satu paman saya.

Dokumen: saudara di kampung
Dokumen: saudara di kampung
Upacara pemberian nama ini terdiri atas dua ritus, yakni ritus Kristiani dan ritus adat. Untuk ritus Kristiani dipimpin oleh pemimpin umat. Sedangkan, untuk ritus adat dipimpin oleh tetua adat. Biasanya ritus Kristiani akan dilangsungkan setelah semua ritus adat selesai dilaksanakan.

***

Dengan menghidupkan kembali nama nenek moyang yang telah meninggal dunia, upacara pemberian nama ini menghandung harapan dari kedua orangtua si bayi dan semua orang yang mengasihinya agar ia kelak menjadi pribadi yang baik dan disenangi banyak orang. Dan juga dianugerahi kesehatan dan umur yang panjang.

Begitu pula dengan nama Kristiani yang diberikan oleh kedua orangtuanya. Harapannya, pertama-tama, agar santo atau santa (orang-orang kudus dalam Gereja Katolik) yang namanya dipakai oleh sang anak, senantiasa melindungi dan menyertai perjalanan hidupnya. 

Dan, dengan menyandang nama tersebut, sang anak diharapkan bisa meneladan peri hidup santo atau santa yang menjadi nama pelindungnya. Agar ia, sebagaimana tercantum dalam doa upacara memberi nama, berkembang menjadi dewasa dalam cinta, taat, serta berbakti kepada Tuhan.

Upacara adat ini secara tidak langsung hendak mengajarkan sekaligus juga mengingatkan mereka yang masih hidup di dunia ini agar terus berjuang menjadi orang baik. Bila hidup kita baik dan disukai banyak orang, maka kelak nama kita juga akan dikenang dan dihidupkan kembali oleh generasi-generasi selanjutnya. 

"Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama", begitu kata pepatah.

Salam.

GN, Polandia, 30 Agustus 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun