Mohon tunggu...
Gregorius Nyaming
Gregorius Nyaming Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hanya seorang anak peladang

Seorang Pastor Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk Keuskupan Sintang. Sedang menempuh studi di Universitas Katolik St. Yohanes Paulus II Lublin, Polandia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Uniknya Upacara Pemberian Nama Anak Secara Adat dalam Suku Dayak Desa

30 Agustus 2020   14:53 Diperbarui: 31 Agustus 2020   16:05 1138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Upacara Adat Pemberian Nama Anak (Sumber: Dok. saudara di kampung)

Pada tanggal 4 Agustus 2020 yang lalu, keluarga besar kami diliputi oleh suka cita yang luar biasa. Tuhan kembali menghadirkan seorang bayi perempuan cantik dan mungil di tengah keluarga kami. Bagi Ibu dan Ayah, dia merupakan cucu mereka yang ke-8. Sedangkan bagi saya, dia merupakan keponakan perempuan yang ke-5.

Tepat pada Minggu, 16 Agustus 2020, keluarga berkumpul untuk memberikan nama kepadanya. Ada dua nama yang akan diberikan kepadanya, yakni nama Kristiani dan nama kampung atau nama belah pinang. 

Untuk nama Kristiani sendiri sudah dipersiapkan dan disepakati bersama oleh kedua orangtua jauh-jauh hari sebelum dia lahir. Sementara, proses pencarian untuk nama kampung harus dilaksanakan melalui upacata adat.

Upacara adat pemberian nama ini cukup unik. Dan, yang pasti sarat akan pesan dan makna. Bagaimana upacara ini berlangsung? Mengapa nama kampung yang diberikan disebut juga nama belah pinang?

Tulisan berikut ini akan coba menyajikan upacara adat yang hingga hari ini masih lestari di kalangan sub suku Dayak Desa.

Dalam upacara adat ini disediakan sebuah piring tua, beras, sirih, buah pinang. Dan yang tak pernah ketinggalan ialah tuak. Juga disediakan lilin dan salib yang nanti akan digunakan untuk doa bersama.

Buah pinang memainkan peranan yang sangat penting dalam upacara adat ini. Penting karena lewat pinanglah akan diketahui apakah nama yang telah dipilih bisa digunakan atau tidak.

Begini peraturannya. Apabila setelah dilemparkan, kedua belah pinang itu posisinya sama-sama telungkup atau sama-sama telentang, artinya nama yang telah dipilih tersebut tidak boleh dipakai. Sebaliknya, jika yang sebelah telentang dan yang sebelah lainnya telungkup, itu artinya nama tersebut direstui oleh Petara dan para leluhur. Dengan kata lain, nama tersebut boleh digunakan.

Sekarang mari kita lihat bagaimana proses upacara adat ini berlangsung.

Buah pinang, yang nanti akan digunakan untuk menentukan nama si anak, oleh tetua adat selaku pemimpin upacara, akan diletakkan di atas sebuah piring tua yang telah disiapkan. Buah pinang itu sendiri sudah dalam keadaan terbelah dua. Setelah semuanya siap, pemberian nama kampung kepada sang bayi pun segera dimulai.

Ada yang unik pada bagian pemberian nama kampung ini. Tidak seperti nama Kristiani yang sudah disiapkan jauh-jauh hari, nama kampung ini dicari dengan mengambil nama-nama leluhur atau nenek moyang. 

Ada dua hal yang biasanya diperhitungkan dari nenek moyang tersebut: (1) selama hidupnya dikenal baik, (2) memiliki umur yang panjang (gayu dalam bahasa kampungnya).

Oleh karena pemberian nama belah pinang ini mengambil nama dari nenek moyang yang sudah cukup lama meninggal dunia, kehadiran orang-orangtua sangat diperlukan. Sebab, merekalah yang dianggap mengenal dengan baik bagaimana kepribadian nenek moyang itu selama hidup di dunia ini.

Nama nenek moyang yang akan diberikan itu berasal dari pihak ibu maupun pihak ayah si anak. Hal ini sejalan dengan sistem kekerabatan yang dianut oleh suku Dayak pada umumnya, yakni sistem kekerabatan bilateral. 

Sebuah sistem kekeluargaan dengan menarik garis keturunan dari kedua belah pihak orangtua. Baik dari pihak ibu maupun dari pihak ayah sama-sama diminta untuk mempersiapkan tiga nama.

Upacara pun dimulai dengan terlebih dahulu "menguji" kepantasan ketiga nama yang telah disiapkan oleh pihak ibu (kakak ipar saya). Nama pertama pun disodorkan kepada pemimpin upacara. Setelah menerima nama tersebut, pemimpin upacara, seperti yang terjadi dalam upacara atau ritual adat lainnya, akan melafalkan sebuah mantra khusus.

Mantra ini ditujukan kepada Yang Maha Tinggi (Petara) dengan tujuan memohon perkenanan sekaligus petunjuk atas nama yang telah dipilih tersebut.

Setelah mantra selesai dilafalkan biasanya akan ada jeda sejenak. Selain memberi kesempatan kepada pemimpin upacara adat untuk beristriahat setelah melafalkan mantra yang cukup panjang, jeda ini menjadi kesempatan untuk menikmati hidangan yang telah tersedia. Termasuk tuak yang sudah disediakan.

Setelah masa jeda selesai, pemimpin upacara kemudian mengambil pinang yang tadi sudah dibelah. Lalu, layaknya orang melempar buah dadu, ia melemparkan buah pinang di atas permukaan piring tua yang sudah disiapkan.

Kedua orangtua dan semua yang hadir berdebar-debar menunggu bagaimana hasilnya. Sayang sekali, kedua belah pinang itu sama-sama telentang. Itu artinya, keponakan saya tidak boleh menggunakan nama tersebut.

Karena nama pertama tidak bisa digunakan, maka disodorkanlah nama yang kedua. Rupanya, nama yang kedua ini sama nasibnya dengan nama yang pertama. Lalu, disodorkanlah nama terakhir. Dan lagi-lagi, kedua belah pinang masih saja menunjukkan kalau nama tersebut tidak direstui oleh Petara.

Karena sudah ada tiga nama yang disodorkan oleh pihak si ibu, dan semuanya tidak mendapat perkenanan Petara dan para leluhur, maka sekarang giliran pihak sang ayah yang menyodorkan nama.

Setelah nama disampaikan kepada pemimpin, upacara kembali dilakukan dengan tata cara yang sama. Mantra pun selesai dilafalkan. Buah pinang yang telah dibelah kembali dilemparkan di atas permukaan piring. Dan apa yang terjadi? Kedua belah pinang berada dalam posisi yang satu telentang dan yang satunya lagi dalam posisi telungkup.

Semua yang hadir bersorak kegirangan. Mereka merasa lega setelah sempat melewati proses pencarian nama yang cukup alot. Sekarang keponakan saya sudah mempunyai nama kampung atau nama belah pinang, yakni Apong. Sedangkan nama Kristianinya ialah Carolina Kaila Vianney. Apong sendiri merupakan nama ibu dari salah satu paman saya.

Dokumen: saudara di kampung
Dokumen: saudara di kampung
Upacara pemberian nama ini terdiri atas dua ritus, yakni ritus Kristiani dan ritus adat. Untuk ritus Kristiani dipimpin oleh pemimpin umat. Sedangkan, untuk ritus adat dipimpin oleh tetua adat. Biasanya ritus Kristiani akan dilangsungkan setelah semua ritus adat selesai dilaksanakan.

***

Dengan menghidupkan kembali nama nenek moyang yang telah meninggal dunia, upacara pemberian nama ini menghandung harapan dari kedua orangtua si bayi dan semua orang yang mengasihinya agar ia kelak menjadi pribadi yang baik dan disenangi banyak orang. Dan juga dianugerahi kesehatan dan umur yang panjang.

Begitu pula dengan nama Kristiani yang diberikan oleh kedua orangtuanya. Harapannya, pertama-tama, agar santo atau santa (orang-orang kudus dalam Gereja Katolik) yang namanya dipakai oleh sang anak, senantiasa melindungi dan menyertai perjalanan hidupnya. 

Dan, dengan menyandang nama tersebut, sang anak diharapkan bisa meneladan peri hidup santo atau santa yang menjadi nama pelindungnya. Agar ia, sebagaimana tercantum dalam doa upacara memberi nama, berkembang menjadi dewasa dalam cinta, taat, serta berbakti kepada Tuhan.

Upacara adat ini secara tidak langsung hendak mengajarkan sekaligus juga mengingatkan mereka yang masih hidup di dunia ini agar terus berjuang menjadi orang baik. Bila hidup kita baik dan disukai banyak orang, maka kelak nama kita juga akan dikenang dan dihidupkan kembali oleh generasi-generasi selanjutnya. 

"Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama", begitu kata pepatah.

Salam.

GN, Polandia, 30 Agustus 2020

***

Catatan: Semua informasi yang berkaitan dengan upacara adat pemberian nama untuk keponakan saya ini, saya peroleh ketika menghubungi keluarga di kampung. Kami juga bercerita tentang warga di kampung yang tidak bisa membakar ladang karena sering turun hujan. Harga karet yang tak kunjung membaik juga menjadi topik hangat pembicaraan kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun