Mohon tunggu...
Gregorius Nyaming
Gregorius Nyaming Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hanya seorang anak peladang

Seorang Pastor Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk Keuskupan Sintang. Sedang menempuh studi di Universitas Katolik St. Yohanes Paulus II Lublin, Polandia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menguak Peran Suara Burung dan Mimpi dalam Kehidupan Peladang

10 Agustus 2020   05:41 Diperbarui: 11 Agustus 2020   04:10 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
7 Burung Pamali dalam Suku Dayak yang masuk dalam Rumpun Ibanic. Sumber: es-la.facebook.com

Kenyataan ini menghantar mereka pada kesadaran supaya berhati-hati dalam memperlakukan alam. Wujud-wujud yang tak nampak itu bisa mendatangkan sakit, luka dan celaka bila diabaikan dalam gerak hidup sehari-hari. Sebaliknya, mereka bisa mendukung usaha, mendatangkan selamat bila keberadaan mereka diakui, dihormati dan dihargai.

Dari penjelasan di atas kita bisa memahami mengapa suara burung dan mimpi memainkan peran yang penting dalam seluruh proses perladangan.

Peran Suara Burung
Sebagaimana pernah saya tulis, setidaknya ada delapan tahap yang harus dilalui dalam pengerjaan ladang. Tahap pertama, yakni memilih lokasi (mangul) boleh dikatakan menjadi penentu apakah lahan yang dipilih bisa mendatangkan hasil yang baik atau tidak.

Pemilihan lokasi ini tidak hanya berkaitan dengan kesuburan tanah, tapi juga berkaitan dengan keselamatan anggota keluarga, bahkan seluruh anggota masyarakat.

Di sinilah suara burung memainkan peranannya. Suara burung menjadi salah satu tanda alam yang sampai hari ini masih diyakini membawa pesan-pesan penting bagi kebaikan dan keselamatan warga. Oleh karena itu, warga tidak boleh mengabaikannya.

Masyarakat suku Dayak Desa meyakini ada beberapa jenis burung yang suaranya merupakan pertanda buruk. Sebab itu, saat mereka membuka sebuah lokasi untuk berladang dan terdengarlah oleh mereka suara-suara burung tersebut, maka mereka tidak boleh membuka lahan di situ. Kalau suara burung itu diabaikan dapat mendatangkan akibat yang fatal terutama bagi segenap anggota keluarga.

Setidaknya ada tujuh jenis burung yang suaranya harus diperhatikan saat berladang. Ketujuh burung ini disebut sebagai tujuh burung pamali: ketupung, beragai, bejampung, pangkas, embuas (ngemuas), papau dan nendak.

7 Burung Pamali dalam Suku Dayak yang masuk dalam Rumpun Ibanic. Sumber: es-la.facebook.com
7 Burung Pamali dalam Suku Dayak yang masuk dalam Rumpun Ibanic. Sumber: es-la.facebook.com
Saat membuka lokasi baru untuk berladang begini syaratnya: Kalau ketupung berbunyi hanya sekali itu artinya pertanda tidak baik. Warga harus memukul sarung parang beberapa kali atau bersiul memanggilnya agar dia menyahut isyarat yang kita keluarkan. Kalau burung itu bersuara lagi, itu artinya mereka bisa membuka lahan di situ. Tetapi kalau tidak ada suara sahutan, maka mereka tidak boleh membuka lahan di situ.

Suara-suara burung tersebut tidak hanya harus diperhatikan selama proses perladangan, tapi juga dalam keseharian hidup masyarakat subsuku Dayak Desa. Sebagai contoh, ketika burung bejampung masuk ke dalam rumah, ia membawa pesan kalau rumah tersebut akan mengalami kebakaran.

Saya juga pernah menjumpai di mana saat acara adat menjemput mempelai perempuan, tiba-tiba di tengah perjalanan terdengar suara burung yang diyakini membawa pertanda buruk. Sesuai dengan ketentuan adat, agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan, kedua mempelai tidak diperbolehkan untuk tinggal serumah terlebih dahulu. Setelah batas waktu yang ditentukan itu selesai dijalani, barulah mereka boleh hidup serumah.

Peran Mimpi
Mimpi juga memainkan faktor yang menentukan saat warga hendak mulai berladang. Mimpi diyakini sebagai sarana yang dipakai oleh leluhur untuk menyampaikan pesan. Karena itu, kalau seseorang mengalami mimpi buruk, maka pengerjaan ladang pada tempat yang telah dipilih tidak akan dilanjutkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun