Bekejang merupakan salah satu tradisi yang masih hidup sampai hari ini di kalangan suku Dayak Desa. Bekejang sejatinya merupakan syukuran atas hasil panen yang melimpah, namun sekaligus juga sebagai bentuk permohonan agar tahun berikutnya hasil panen lebih baik lagi.Â
Bagaimana bekejang dilakukan? Dalam upacara ini ada satu benda yang memainkan peranan sentral. Benda ini ialah sebuah tempat khusus yang dirancang menyerupai sebuah rumah.
Fungsinya ialah untuk menyimpan tuak yang sudah di simpan dalam sebuah mangkok yang berukuran sedang. Di dalam mangkok tuak itu akan ditaruh sebuah uang logam. Selama bekejang, tempat khusus ini akan dibungkus dengan kain adat dan ditambah hiasan-hiasan lainnya.
Sebagai sebuah bentuk syukuran, kana memainkan peranan yang sangat penting dalam bekejang. Puji dan syukur atas hasil panen semuanya terungkap dalam buah kana tersebut. Setelah kana selesai, maka mangkok tuak akan diedarkan. Mereka yang menerimanya harus meminum tuak yang ada dalam mangkok itu sampai habis.
Dewasa ini, bekejang tidak hanya dilakukan selama pesta syukuran lepas panen (gawai). Dalam beberapa pesta gerejawi bekejang juga kadang ditampilkan.
Referensi
1. John Bamba (ed.), Keberagaman Subsuku dan Bahasa Dayak (Pontianak: Institut Dayakologi, 2008).
2. https:// ibanology. wordpress.com /2013/06/17/ngajat-iban.