Setelah tutup sementara waktu untuk renovasi yang dilakukan pada tahun 2020, Sarinah resmi dibuka kembali pada Maret tahun 2022 yang lalu dengan arsitektur, konsep, dan wajah barunya yang lebih modern.
Sebenarnya sudah lama juga niat hati ingin melihat-lihat bagaimana penampilan terkini Sarinah. Mungkin bagi orang-orang yang bekerja atau ngantor di sekitar Jalan Thamrin, Jakarta, hal ini bukan sesuatu yang baru lagi, tapi bagi warga yang tinggal di kutub selatan Jakarta dan tidak cukup sering ke kawasan Thamrin, perlu menyiapkan waktu khusus untuk bisa menyambanginya. Apalagi hingga tahun lalu masih ada prokes sehubungan dengan pandemi untuk masuk ke tempat-tempat umum.
Rasa penasaran untuk mengetahui penampilan barunya makin timbul setelah melihat beberapa liputan berita dan unggahan di medsos yang menampilkan beberapa bagiannya. Â Seperti saat Presiden Joko Widodo mengajak Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr, untuk melihat-lihat Sarinah di sela-sela kunjungan kenegaraannya. Juga saat Menteri BUMN, Erick Thohir nongkrong bersama dengan Alessandro Nesta, mantan pemain timnas sepak bola Italia, untuk mencicipi jajanan tradisional Indonesia di sebuah resto di sana.
Kesukaan pada tempat-tempat yang mempunyai nilai sejarah menambah ketertarikan saya untuk mengunjungi pusat perbelanjaan modern pertama dan tertua di Indonesia yang sudah beroperasi sejak Agustus 1966, dan yang sekaligus merupakan bangunan pencakar langit pertama di Indonesia ini.
Meski Sarinah kini telah berganti rupa menjadi pusat perbelanjaan dengan penampilan dan konsep yang lebih modern, tapi unsur-unsur nilai sejarahnya masih terus dipertahankan. Bahkan sekarang Sarinah juga mempunyai tur khusus bagi para wisatawan yang ingin mengeksplor bagian-bagian yang terdapat di Sarinah. Sisi historis dari gedung Sarinah diharapkan dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat.
Sarinah sendiri merupakan badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak di bidang ritel dan perdagangan. Didirikan pada tahun 1962 atas gagasan Presiden RI pertama Soekarno. Merupakan wadah ekonomi kreatif dalam negeri untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Nama pusat perbelanjaan ini mempunyai kaitan dengan masa kecil Bung Karno. Nama Sarinah diambil dari nama salah satu pengasuh Presiden Soekarno pada masa kecilnya. Sosok yang diakuinya sangat berpengaruh dalam hidupnya, dan yang telah mengajarkannya  mengenal cinta kasih kepada sesama serta mencintai rakyat jelata. Nama tersebut dipilih sebagai bentuk penghormatan kepada figur wanita yang dikaguminya itu. Dan sesuai dengan ajaran untuk mengasihi rakyat kecil, pusat perbelanjaan Sarinah juga ditujukan untuk memberi ruang dan mendukung kemajuan produk-produk dalam negeri dari usaha kecil dan menengah serta koperasi.
Kutipan kata-kata Presiden Soekarno tentang apa yang diajarkan oleh Sarinah, pengasuh masa kecilnya, tampak tertera pada sebuah bagian dinding mal Sarinah.
"Dialah yang mengajariku untuk mengenal cinta kasih. Sarinah mengajariku untuk mencintai rakyat, massa rakyat, rakyat jelata." -Soekarno-
1.Relief
Sebuah relief yang merupakan peninggalan dari era Presiden Soekarno yang dipajang di bagian tengah lantai dasar mal. Â
Berukuran 12x3 meter, relief ini berupa patung-patung timbul yang menggambarkan figur petani, nelayan, dan wanita yang tengah membawa barang jualan dengan latar pemandangan alam Indonesia lengkap dengan hewan kerbaunya. Merupakan representasi dari kegiatan ekonomi kerakyatan di bidang pertanian, perkebunan, dan perikanan.
Relief yang sudah berusia lebih dari 50 tahun ini sebelumnya sejak tahun 1980-an tidak bisa diakses oleh masyarakat luas, yang disebabkan oleh adanya perubahan desain ruang dari gedung Sarinah. Sementara pembuat relief ini sendiri sampai sekarang masih belum bisa dipastikan. Namun, diperkirakan adalah seorang seniman Yogyakarta bernama Edhi Sunarso. Salah satu seniman favorit Presiden Soekarno kala itu.
Kini dengan letaknya yang berada di area terbuka di lantai dasar, mata pengunjung dapat dengan mudah menikmati karya seni ini. Relief ini juga menjadi salah satu objek foto favorit para pengunjung di dalam mal.
Keberadaan eskalator pertama pusat perbelanjaan ini juga merupakan hal menarik lainnya yang memiliki nilai historis di The New Sarinah.
 Eskalator yang sudah ada sejak tahun 1966 ini masih terus dipertahankan sampai sekarang. Letaknya kini berada di bagian tengah lantai dasar, diapit oleh dua buah eskalator baru yang beroperasi. Sebuah papan kecil yang menerangkan tahun mulai beroperasi eskalator ini diletakkan di bagian ujungnya.
Masih di lantai dasar dan terletak di dekat relief patung, terdapat sebuah sudut di mana pengunjung dapat melihat sekelumit sejarah perjalanan Sarinah dari masa ke masa melalui foto-foto serta informasi yang dipajang di sana. Dimulai dari awal berdirinya hingga tahun 2022 pasca renovasi.
Kolam pantul adalah kolam yang dulu digunakan untuk melihat gedung-gedung di sekitar Sarinah. Karena alasan keunikannya, kolam pantul kemudian dibuat kembali. Kolam ini berada di sisi luar mal. Â
Adapun skydeck berada di lantai ke-3 mal. Area ini merupakan halaman yang luas. Dari tempat ini pengunjung bisa melihat pemandangan gedung-gedung pencakar langit di sekitar Sarinah dan menikmati pemandangan senja di tengah kota Jakarta.
Produk UMKM
Sebagai wadah ekonomi kreatif serta promosi produk-produk dalam negeri, Sarinah dipenuhi oleh berbagai produk Indonesia yang berkualitas unggul dan mempunyai daya saing. Â
Aneka ragam wastra tersedia di sini, mulai dari batik, tenun, songket, tapis, lurik, hingga kain endek Bali serta kebaya-kebaya tradisional, termasuk produk-produk wastra dari jenama ternama Indonesia. Â
Selain itu berbagai jenis produk UMKM yang telah dikurasi dengan ketat juga memenuhi  beberapa lantai mal Sarinah. Seperti furnitur, kerajinan tangan, peralatan makan, produk busana, aksesori wanita, tas, sepatu.
Oleh: Francisca S
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI