Jalan yang terjal, serangan dari kanan dan kiri dialaminya. Tidak heran. Ini suatu hal yang banyak terjadi saat seseorang berani mengungkapkan kebenaran. Sebab hampir selalu ada orang-orang yang merasa terancam atau dirugikan bila sebuah kebenaran terungkap. Terancam bagi kenyamanan hidupnya, kekuasaanya, hartanya, jabatannya, posisinya di masyarakat. Orang-orang yang berada di pihak lawan. Orang-orang yang berkawan dengan kebohongan.
Dimusuhi, dibenci, dikucilkan, difitnah oleh pihak lawan atau orang-orang yang tidak paham akan nilai kebenaran adalah hal-hal yang juga biasanya didapatkan oleh orang yang berani bicara kebenaran. Hal yang dapat terjadi di mana saja. Baik itu di tempat kerja, dalam lingkaran pertemanan, di sekolah, bahkan di dalam lingkup keluarga sekalipun. Reaksi yang menimbulkan rasa sakit di hati. Di mana saat kita melakukan hal yang benar, Â tapi malah hal yang pahit didapatkan sebagai balasannya. Â
Lalu kenapa masih selalu ada orang yang mau bicara kebenaran? Bagi orang-orang yang telah melakukannya tentu mempunyai jawaban yang kurang lebih sama. Bahwa bicara kebenaran itu membawa rasa damai di hati, beban terangkat, kelegaan. Dan di ujungnya ada sebuah tujuan, yakni kebaikan dan keadilan bagi orang-orang di dalamnya. Tidak hanya bagi orang yang sedang bicara kebenaran itu saja. Â
Anak muda ini pun tak lalu ciut atau berhenti bersuara kebenaran, walaupun jalan yang dilaluinya berat, walau ia juga menghadapi sebuah cobaan berat sekali lagi. Ia tidak mendapatkan penghargaan yang setimpal yang selayaknya ia terima dalam niat baiknya membantu proses mengungkap kasus tersebut.
Ia tak berhenti, tidak ragu dengan jalan yang dipilihnya karena ada tujuan kebaikan dan keadilan yang sedang diperjuangkan. Memilih kebenaran memang bukanlah sesuatu yang harus disesali walau mengandung resiko, walau terasa berat, karena kebenaran itu sangat kuat dan ia akan menang. Magna est veritas et praevalebit.
 Anak muda itu terus tegar berjalan, berani menghadapi semuanya bersama dengan orang-orang yang mendukung kebenaran dan keadilan.  Bersama dengan semua orang yang memilih bersahabat dengan kebenaran.
Amicus Plato, amicus Socrates, sed magis amica veritas -- Plato sahabatku, Socrates temanku, tetapi kebenaranlah yang menjadi sahabatku yang paling karib. (Aristoteles)
Oleh:Â
Francisca S
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H