Mohon tunggu...
Francisca S
Francisca S Mohon Tunggu... Guru - Amicus Plato, sed magis amica veritas

Pengajar bahasa, Penulis novel: Bisikan Angin Kota Kecil (One Peach Media, 2021)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bisikan Angin Kota Kecil (4)

7 Agustus 2020   22:04 Diperbarui: 7 Agustus 2020   22:26 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 'Pasti inilah mereka semua..' aku menebak dalam hati. Eduardo dan teman-teman lain yang mereka undang itu.

Suasana dalam apartemen segera berubah menjadi sedikit gaduh dengan kedatangan rombongan laki-laki itu, yang ternyata benar, mereka adalah teman-teman yang sedang kami nanti.

Mauro kemudian memperkenalkan diriku kepada dua orang dari antara mereka.

"Alex,"  Dan kemudian, "Matteo," kata mereka bergantian memperkenalkan diri.

Lalu, laki-laki yang satunya lagi itu, tentu ia adalah Eduardo, pikirku. Tetapi Mauro tidak memperkenalkannya kepadaku, dan laki-laki itu juga tidak memperkenalkan dirinya kepadaku. Begitu memasuki apartemen tadi, laki-laki itu langsung melangkah menuju ke meja makan yang berada tak jauh dari ruang duduk, memunggungiku. Hanya sepintas aku melihat wajahnya. Ia meletakkan beberapa botol minuman anggur di sana, yang sepertinya baru mereka beli, kemudian pergi ke dapur tanpa kembali lagi ke ruang duduk di mana kami berkumpul.

Tidak peduli sekali orang itu, pikirku. Bukannya menyapa dan berkenalan denganku lebih dahulu sebagai tamu di sini, tetapi malah langsung pergi ke dapur. Entah apa yang dilakukannya di sana, padahal semua sudah beres dikerjakan. 

 "Ayo, kita segera makan, semua sudah siaapp..!!" terdengar Daniel berseru tak lama kemudian.

"Kami dataanngg..!!" sahut Alex dan Matteo cepat. Kami semua beranjak menuju ke meja makan untuk memulai pesta kecil kami.

Daniel kali ini memasak daging bebek dengan adas manis sebagai makanan utama, yang bagiku rasanya bak hidangan di restoran mewah. Sementara nasi goreng buatanku, meski aku yakin rasanya tidak cocok berpasangan dengan menu masakan Daniel, ternyata mereka juga menyukainya. Kata mereka, ini adalah kali pertama mereka mencicipi nasi goreng dengan bumbu dari Asia.

Setelah beberapa saat menikmati santap malam yang dipenuhi dengan obrolan yang ramai ini, pelan-pelan aku mencoba melirik ke arah laki-laki yang tak peduli kepadaku itu. Sejak awal tadi, saat kami semua mulai berkumpul di sekeliling meja makan, aku memang sengaja tak mau menoleh ke arahnya. Itu karena kesan tidak simpatik yang kudapatkan saat pertama kali melihatnya tadi.

'Wow, che bello..!!'25) ucapku dalam hati, begitu berhasil menangkap wajah laki-laki itu. Wajahnya  tampan dan terlihat lembut kekanakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun